bersama Residen Miri
GUA NIAH, nama cukup angker dalam lingkaran fikiran dan emosiku. Lebih 30 tahun mengheret impian untuk menembusi gua purba Niah. Sejak membuka hasil kajian terokaan arkeologis Tom dan Barbara Horrison (1954-1964), menemukan nama pembantunya Grandbrooke, dan kegagalan mendapat dana untuk penyelidikan lukisan gua purba, kulupakan saja umpian untuk kesana. Tapi Kuasa Allah Yang Maha Mendengar, mengasihi UmatNYA, tak terduga tarikh 8-11 November tubuh ini tergigil, jiwa terhenyak dan segala anggota tubuh terutama kaki bagai kuasa burung nasar, amat perkasa melangkah, menjijaki anak tangga meninggi menurun, mendatar, hingga 2jam perjalanan rimba tropika, masuk ke pintu gua dagangan ternganga tambahan 1 jam perjalanan, kami tengadah masuk ke dalam gegelapan, kelembapan, kesunyian hingga menemu gua pintu cahaja, Ya Allah di depan sana aku tengadah ke altar luas terbuka dengan lakaran merah pudar, wajah bentuk bergaris, kepala burung, entah raksaksa hanuman atau jari kala jengkeng, atau kayu layar atau dayung saling melambai, berkayuh. Kapal bagai di alun ombak, layar bagai terkembang menuju ke dunia jauh untuk mengiringi keberangkatan entah raja entah dara tanpa kepala....
Di depan kami sepanjang perjalanan kembara ini dengan gagah perkasa Sir Lord Prof Tan Sri Earl of Grandbrooke, terus bercerita pengalamannya mencari gali sisa-sisa tulang zaman purba (beliau pertama kali datang tahun 1954). Terima kasih amat berharga kepada Prof Emeritus Datuk Zuraina, membawa kami para seniman penyair pilihan Nusantara ke gua Niah perkasa.Sapa menduga aku kembali berpelukan dengan Chiranan penyair Thai (kami penerima SEA Write Award 1989). Acara Festival Puisi Warisan Antarabangsa rupanya harus dikendalikan oleh Jabatan Warisan Negara. Empat orang penyair peneriman SWA ( termasuk Kemala, Lim Swee Tin) dipertemukan semula di dalam gua purba....Malamnya puisipun bertaburan di keanehan alam yang menyimpan seluruh rahsia Citpaan Yang Maha Agung. Amin
Gombak
12 Nov 2008
No comments:
Post a Comment