Sunday 23 November 2008

LAUT DAN PANTAI

Citra desa dengan bumbung illalang di bawa dari Bali

Pantaipun diberi nama Goldcoast - di mana pasti emas itu?

SEORANG teman memberi khabar, " aku sudah di goldcoast - kirim salam di angin lalu" . Kukira pasti dia sudah bersantai di pantai berpasir berkilauan emas di Pulau Selantan (aku hanya membayangkan pekan Pasir Mas di Kelantan). Tapi tanpa kusedari setelah terpengap di hutan dan gua Niah, bersambung istirah di kebun kelapa sawit di Tanjung Karang, entah kenapa pagi Minggu aku ingin mendengar desah ombak dan tiupan angin di pantai...Namun subuh ini juga masuk pesan hb mencatat....Al Fatehah, sahabat kita Dr Pousi sudah menyambut seruan Ilahi....Innalillahi...kubatalkan perjalanan ke PD atas undangan DBP untuk bengkel penulisan kanak-kanak. Kusimpan buku Kasih Bonda, menolak ketepi buku lakaran dan contoh buku Hikayat Hang Tuah, edisi tulisan Jawi (bacaan darjah 5-6 di Sekolah Rendah tahun 1960). Kami harus segera ke Jenderam Hilir.
MasyaAllah, masa begitu cepat berlalu. Satu-satu sabahat kita di jemput Kekasih Tercinta. Asmah, ibu rumah masih tersenyum ramah, menyambut kedatangan kami. Memang di hari-hari akhir inilah kita saling bertemu dengan senyap membuka halaman Yassin, suara saling bertindih berselang seli dengan sedu kesedihan mengalir perlahan beriring dengan doa dan keinsafan demi fana segala yang fana ini.

Sayup, bayang kenderaan jenazah berangkat menuju ke Puterajaya. Di situ sahabat kami disemadikan. Hilang lagi sebutir mutiara pendidik sastera rakyat.Kemana pula langkahku ketika mata mengiringi bayang yang hilang? Melor mengajakku ke Bagan Lalang. Kami redah pemandangan bukit baris kelapa sawit, sayup mata memandang. Jarak hanya 25 km dari Jenderam memilih jalur ke Salak Tinggi, melepasi simpang ke KLIA ke kanan, atau ke kiri ke pekan Nilai. Apakah yang dicari oleh dua orang Siti.
- Kita ingin jejak pasir, hirup angin -ayuh ke pantai.
Angin pun meniup menjelmakan zikirnya yang sopan. Tetapi kenapa goldcoast? Mana pasir emas di situ. ....wah-wah mereka memang bijak memimjam kata. Bahasa harus melambangkan citra global - maka terbentanglah pemandangan laut yang sudah dibendung berjejerlah chalet dan apartment yang akan dijual kepada siapa saja yang mampu membelinya. Benderapun terkibar dengan jalinan ungkapan ' Sepang goldcoast' - dinding zink berlukis dengan jejeran pohonan pinggiran laut pun dicatat sebagai Mangrove River - hilanglah dua perkataan Melayu. Chalet spa berhias gaya Bali juga dengan cantik dan mewah muncul menghadap laut.

- Kau tahu, laut apakah itu?
- Selat Melaka sayang,
- Ha...siapa di seberang sana?
- Kau lihat kapal dagang?
- Ha kapal perang ? kapal ilmu Do Karim mungkin!
- Kalau stunami, gimana?
- Syeet, jangan sebut,
nanti pelabur tak jadi datang
memborong kekayaan goldcoast !

Bagan Lalang - Gombak
24 Nov 08, 02.30

No comments: