Saturday 16 February 2008

CERITA NENEK


Ahad
17 Februari 2002
CERITA NENEK
ENTAH kenapa setiap kali dia membatalkan temu janji - alasan yang diberi selalu sama,
" Maaf, saya harus pulang kampung jumpa nenek - nenek sakit ".
Seminggu kemudian, bila berjumpa matanya berbinar-binar menceritakan orang yang dikasihi, sakit dan harus ditemani di rumah.
- " Tidak hantar jumpa dokter?" - aku berbalas tanya. Dia kusebut akhirnya,
- "Kau cucu nenek tersayang".
- " Bukan, eh ya, saya yang harus sayang nenek. Neneklah menjagaku sejak kecil! "
- "Ibu, di mana? kenapa dengan nenek? "
Apakah itu soalanku untuk dia atau memang akulah yang tertanya kepada diriku dan tahu jawabanya juga
- " Mak? ibuku.....oh " . Tiba-tiba aku hanya menatap matanya yang semakin berbinar, berkilauan dan kemudian bersambut dengan goncangan bahu - dia menangis tersedu. Kedengan separuh berbisik...
- " Dulu ketika kecil , kami adik beradik gembira kalau Mak membawa kami keluar makan - masuk ke restoren kecil di pekan J. Tapi sambil menunggu makanan tiba , Mak dah pindah meja, dia duduk dengan lelaki..."
- "Ayahmu?"
Dia menggeleng kepala, lalu tambahnya,
_ "Ayah dah tak pulang ke rumah"
- " jadi siapa lelaki itu? "
- "Bertahun, bertahun setelah masuk ke sekolah menengah baru saya sedar , bila kawan sekolah kerap menjeling dan berbisik - sehingga tiba hari yang amat gelap, sejuk, pedih menyakitkan hati, bila ada suara setengah berbisisk setengak mengejek...kudengar...suara ,
- " Tu anak pelacur dah datang"
Aku setengah terkejut
- " Jadi ibumu? "
- " Ya Mak saya senang dengan lelaki lain - kerana Abah dah lama tinggalkan Mak"
Ku tatap wajah sahabat mudaku. Badannya kurus kecil, jalan kerap merunduk. Setiap kali ketemu di ruang kuliah, dia begitu tekun mencatat, kerap mengepit fail begitu kemas di dada, seakan menyembunyikan ruang dadanya - yang memang mongel, baju kurung dengan pilihan warna tidak menjolok...tiba entah dari mana datang suaranya yang ranggi aku terkejut tapi turut bergembira mendengar suaranya yang optimis,
- " Nanti kalau saya dapat kerja baru tu, saya akan ubah gaya berbusana, saya akan pakai tudung lebih meriah, tidak mahu berkerudung gelap ini - "
" Oh ya, menarik juga, atau kau berani juga dengan fesyennya..."
" Ya tak semestinya dengan baju kurung dan sarung, boleh dipadankan dengan seluar juga bukan? "
"Aduh dasar anak muda - sakit mataku kalau kau pakai jean dengan kebaya..."
Sambil menunggu pos rasmi yang dilamarnya setelah lulus Master dia mendengus,
" Saya kerja sementara di farmasi, semalam datang wanita dah tak muda pun, nak beli ubat biru saya tak tahu tanya bos, rupanya dia nak kondom "
Aku melopong juga. Teringatkan Kartika juga membuat arca dengan potret patung Linggam - berwarna warni tapi tidak ada penganjur yang mahu mempamerkan karya begitu. Kecuali lah pemandangan di Bali, ukiran kemaluan lelaki dipamer dan dijual di Ubud dan Kuta. Dan si gadis muda yang bersedih itu ini kelihatan cerah mula percaya diri, kerana dia sudah dapat menebus hinaan dan mencipta nama sendiri seorang sarjana bakal mendidik generasi muda di IPT pada bulan Jun depan. Tanniah Sya! Cerita Neneknya itulah yang kerap mengganggu jiwanya...
" Ingat, hati-hati, jangan jadi seperti ibumu"

No comments: