Friday 22 February 2008

GEMPA LAGI

Sabtu
23 Februari 2008


"YA GEMPA kemaren di Seumeulu terdapat kandungan minyak dan natural gas melebihi
Emirate Arab, masa eksplorasi 300 tahun lebih pemakaiannya" . Ini SMS kedua masuk dari Banda Aceh ( 21-02-2008: 10:15:46 am, AT). Si pengirim lebih awal beritahu,

"Aku trauma lagi, gempa kuat di Banda Aceh"(20-02-2008:03:22:27pm)
Berita pukul 1 tenghari memberi khabar gempa di Seumeulu. Turut mengoncang Lembah Kelang dan Pulau Pinang. Berita jam 8 malam mengkhabar lagi, 'gempa 7.2 ritche' 40 orang meninggal ! Tiga tahun lalu gempa mencapai 8.3 ritche. Rumahnya diamuk badai walau masih utuh tetapi keluarganya musnah sehingga ia trauma tidak mampu lagi bertapak di sana.

Apakah dunia semakin parah. Hingga dasar laut membuak panas meledak, dan seperti pesan dari SMS minyak dan gas juga melambung mencuat. Siapakah yang kaya selepas ini. Apakah tanda-tanda itu semua surat tersurat sejak lama. Sejak dulu kita telah dikhabarkan - mengutip dari Al Quran, bumi dihancur banjir, laut bergelora, terbelah dua bumi ditelan sejak berzaman. Tapi manusia adalah subjek putaran alam dan kehidupan. Menangis ketawa, menerima seadanya dan juga cepat melupakan. Sungguhkan?
-"Bila mahu pulang ke Aceh kak" - SMS Dheknong masuk lagi.
-"Yok kita atur acara melukis lagi, boleh dapat sponsor Balai Seni Lukis KL, kak? "- ulang Mahadi lagi.
Tapi aku cukup lelah juga. Setelah tsunami dua kali pulang ke sana. Duniaku pun oleng juga. Pondokku lebur, hilang tidak berjejak di Gampong Baro, Hujung Batee. Si kecil Mardhiahku hilang di telan laut. Tinggal jejeran pohon kelapa masih melambai. Laut Hindi terbuka luas sekali. Akupun mengutip sisa-sisa buku di sekitar perumahan di IAIN pula. Mereka sudah capek, buku bertaburan. Dengan drawing block dari Mansur Chowkit kami melukis dengan kanak-kanak di penampungan. Selepas itu dalam sendu aku pulang dengan kesan Nol, anak angkatku lebur, beberapa sahabat seniman dan sarjanaku juga ditelan ombak besar . Datang lagi setahun lepas itu, aku tersentak, tergamam, Acehku berubah wajah. Kelompok NGO hilir mudik - rumah-rumah sisa tsunami dibangun - di mana-mana aneka bendera tercacak dengan megah - negara itulah yang membina bangunan. Kafe tumbuh di mana-mana. Azan pun berbaur dengan muzik di Kafe Ketapang. Perempuan juga di mana-mana walaupun sudah remang senja. Wanita Aceh? Atau pendatang- para pembantu NGO.
Di meja kafe, hp bergetar, hp 1, dua 2, hp 3 - milik orang yang sama. Aku sendiri yang tergelepar. Dengan riuh rendah kereta lalu lalang - aku kehilangan ketenangan Banda Aceh sebelum tsunami , atau gelap murung zaman DOM. Sebuah kereta jeep berkilat berhenti di depan kafe Ketapang. Wanita genit, dengan ujung jari menyepit rokok, baju ketat dan skirt pendek, wah dari mana? (esoknya kembali ke Medan dalam penerbangan wanita itulah menyuguh gula-gula - pramugari dia). Datang kali kedua setahun kemudian itu rasaku semakin gencar. Bahagia tentunya melihat Fozan sudah mempunyai sekolah sastera, kedai buku dan pustaka ilmu. Dheknong sudah menerbitkan buku-buku puisi. Dan anak angkatku yang masih bersisa ? Ketika mencarinya hingga ke Saree - Si Rahmah sudah bersalut rantai dan gelang besi, bersuara dengan canda mesra dan menantang dengan pintaannya, "beli in aku hp cantik ya?"

No comments: