sisa kayu di rel keretapi sudah menjadi hiasan taman IKN
@ Siti Zainon Ismail - 2008
Buat Hesmel di KTMB- KL dan Naz yang merindukan keretapi di Meureudu di tahun 1950an!
KERETAPI TANAH MELAYU nama yang cukup gah sejak ia dibina sekitar awal tahun 1920an. Itu cerita Abah bila aku bertanya,
- " kenapa Abah bekerja di bengkel keretapi Sentul? "
- " Izan malu Abah bekerja sebagai buruh keretapi? "
- " Eh eh tidak tapi bangga kerana dapat tiket percuma naik keretapi"
Kenapa rasanya mendengar desah keretapi yang baru tiba di Sentul. Melor mendengus bila kukatakan,
- " Bunyi keretapi selalu memanggil rindu"
- "Alaa jiwang tu, mana rindu-rindu dengan bunyi desah keretapi? "
Aku terkejut, gadisku memang tidak romantis juga rupanya.
- " Tunggu aku di stesyen Amsterdam ! " pesan emelku kepada Mawi jauh di Straat
- "Hei itu kau yang pakai tengkolok besar di sana, Zain? "
- "Ya di Moon Flower"
Keretapi menjadi citra pertemuan juga menjaba atau berpelukan sebelum berangkat
. Ia bergelombang dalam puisi cerpenku. Kadang menyambut teman yang baru sampai dari Paris, juga pesanku,
- " Dari KLIA, pergi ke kaunter keretapi express beli tiket RM 35 sehala - - langsung ke KLSentral - sampai jumpa "
Terbayang pula bayang Dr Willie, meningguku dengan dua buah basikal di stesyen keretapi Leiden pada bulan Ogos 1986 ,
- "Untuk siapa dua buah basikal ini ? "
- "Untuk saya untuk anda juga - keliling kota Leiden!
Tetapi tentu saja berbeza antara tren laju di KL yang bermacam-mana nama 1) Komuter, 2) Star 3) LRT. Kenapa bunyinya tak sama? Hah. Otak dalamanku menyatakan begitu. Tambah Melor,
- " Katanya bunyi keretapi sama saja "
- "Tidak sama lah ? "
- "Haa aneh saja Mem tua ni"
@ Siti Zainon Ismail - 2008
Buat Hesmel di KTMB- KL dan Naz yang merindukan keretapi di Meureudu di tahun 1950an!
KERETAPI TANAH MELAYU nama yang cukup gah sejak ia dibina sekitar awal tahun 1920an. Itu cerita Abah bila aku bertanya,
- " kenapa Abah bekerja di bengkel keretapi Sentul? "
- " Izan malu Abah bekerja sebagai buruh keretapi? "
- " Eh eh tidak tapi bangga kerana dapat tiket percuma naik keretapi"
Ingatan ini saling berpintal setiap aku mendengar desah kereteapi - di mana-mana sama saja. Baik anda berdiri di depan stesyen keretapi di Kuala Lumpur, ataupun keretapi di Gemas, bersalin jalur menuju Palikbang di Kelantan. Ketika terlempar di Stesyen Oxford (1986), desah keretapi juga berbunyi sama. Kadang lembut ketika memulakan perjalanan, makin deras sayup, melihat lambaian tangan kanak-kanak kepada penumpang yang melewati kampung atau country nun jauh di Canterburry. Kadang sambil menunggu keretapi di News Southwales menuju Victoria di Pulau Selatan atau kala tiba di stesyen Seremban disambut senyum simpul Nisah Haron.
Kenapa rasanya mendengar desah keretapi yang baru tiba di Sentul. Melor mendengus bila kukatakan,
- " Bunyi keretapi selalu memanggil rindu"
- "Alaa jiwang tu, mana rindu-rindu dengan bunyi desah keretapi? "
Aku terkejut, gadisku memang tidak romantis juga rupanya.
- " Tunggu aku di stesyen Amsterdam ! " pesan emelku kepada Mawi jauh di Straat
- "Hei itu kau yang pakai tengkolok besar di sana, Zain? "
- "Ya di Moon Flower"
Amsterdam bergerimis ketika kami memilih keretapi untuk menghilir hingga ke pelabuhan pada bulan Mei 2003. Kemudian ketika melanjutkan perjalanan dari Manchester ku heret beg sketsa ku mencari jalur ke Victoria. Di sana kami saling menunggu - dua orang sahabat yang belum pernah tatap mata : Selma-Siti. Hampir satu jam kami mundar mandir, mana Selma, mana Siti ?
- " Eh, anda menunggu di stesyen keretapi ke? Atau stesyen bas? "
Keretapi menjadi citra pertemuan juga menjaba atau berpelukan sebelum berangkat
. Ia bergelombang dalam puisi cerpenku. Kadang menyambut teman yang baru sampai dari Paris, juga pesanku,
- " Dari KLIA, pergi ke kaunter keretapi express beli tiket RM 35 sehala - - langsung ke KLSentral - sampai jumpa "
Terbayang pula bayang Dr Willie, meningguku dengan dua buah basikal di stesyen keretapi Leiden pada bulan Ogos 1986 ,
- "Untuk siapa dua buah basikal ini ? "
- "Untuk saya untuk anda juga - keliling kota Leiden!
Tetapi tentu saja berbeza antara tren laju di KL yang bermacam-mana nama 1) Komuter, 2) Star 3) LRT. Kenapa bunyinya tak sama? Hah. Otak dalamanku menyatakan begitu. Tambah Melor,
- " Katanya bunyi keretapi sama saja "
- "Tidak sama lah ? "
- "Haa aneh saja Mem tua ni"
Mem tua? Ya aku sudahpun masuk ke angka 50 beberapa tahun lagi masuklah ke angka 60 tahun. Sudah menjadi Mem Tua. Uban sudah tumbuh di sana sini. Tapi aneh juga bulu dan alis mata masih hitam berkilat, jambul depan juga berkilat. Tetapi keretapi yang kunanti setiap hujung minggu tidak datang juga. Bunyi paluan besi yang dilakukan oleh tukang keretapi juga tidak pernah terdengar - keluar dari bengkel. Masihkah Abah bertukang di bengkel Keretapi? *(lih. Puisi Di Bengkel Keretapi, Hadiah Sastera Malaysia 1984)
Sedang di bengkel itu sudahpun menjadi taman baru, sebuah bangunan berkaca telah dijadikan pusat seni, kolam ikan penuh dengan jumlah koi yang besar-besar dan restoran Jepun, padang golf mengambil aleh semua jejak bengkel keretapi Sentul. Sebuah papan tanda yang besar sudah di beri nama SENTUL EAST - SENTUL WEST (bahasa kolonial) itu muncul di sana sini --- juga SENTUL BOULEVARD dengan bangganya merampas apa saja milik KTM. Aku dengan luka terhiris melihat robohan rumah deret yang dulu didiami seluruh kaki tangan buruh keretapi, atap genting diruntuhkan, dinding kayu yang tebal itu sudah dicuri dijual di pondok-pondok barang sisa - disitulah kutemui tiang-tiang lama, jendela, papan, anak tangga...sisa milik Keretapi Tanah Melayu ---sekarang sudah dikorporatkan menjadi KTMB. Hampir sama saja dengan kehilangan rel keretapi di Meuredu ke Kota Banda Aceh?
* KTM = Keretapi Tanah Melayu, KTMB = Keretapi Tanah Melayu Berhad, IKN= Institut Kraftangan Negara.
No comments:
Post a Comment