RUMAH Ibu, tempat kita dilahirkan, darah terpecik, mengalir, tembuni dibawa bersuci ke aliran sungai, sisa darah hanyut jauh mengalir, bukankah percikan darah mencair menyatu dalam sungai terus mengalir, masuk ke dada kota, berlumpur itu, ke Kuala Lumpur, menyatu dengan sungai Kelang, menuju ke laut Selat Melaka. Kita Pergi, pergi tetapi selalu ingin kembali ke halaman rumah ibu. Rumah sudah sepi, dinding dan pintu mereput, tangga tersandar, selalu ingin kubaiki, tunggu-tunggu tidak juga ada waktu. Tukang juga selalu mencuri tulang!!!
Sisa tumbuhan ibu masih berpucuk, masih berkelopak dengan daunannya berkilat. Daun jambu jambak kering, gugur, tanah penuh dengan keringan daun.....kujirus kau keladiku..
Haaaa, haaa kerja di hari cuti, himpunan baju dalam kembara masuk mesen, tambah air, sabun, pewangi...buurburrr , air menggebu meluru....aku suka menggantung baju perjalanan seminggu....
Inilah satu-satunya pohon asam yabng masih bersisa di Kampung Bandar Dalam. Orang lain sudah menebang semua pohon warisan...tapi Minah yang merapi rumah ibu, malah menabur benih asam dan pohon ini sudah kerap berganti bunga, buah yang kerap diintai tupai, musang dan anak kucing yang baru belajar memanjat, naik ke dahan dan bising menangis tidak tahu turun....Keladi masih berpucuk baru. Hujung minggu berangkat lagi...hanya kucing setia menunggu...
*****
Gombak
29 Julai 2010
No comments:
Post a Comment