*
26 Julai 2009, Malam makin mendingin di pergunungan Saree. Ku pesan kopi dan tercari thimpan. Tetapi sekarang bukan musim bulan puasa atau hari raya. Kutemui di meja kuih dalam bungkusan daun pisang, ku buka rupanya naga sari....hirisan pisang dalam salutan tepung.
Ya nama yang sama juga di Tanah Semenanjung.
Kopi Saree memang terkenal dengan serbuknya yang wangi. Itu pernah disuarakan oleh almarhum Nurdin AR, Bupati Pidie juga Rektor Universitas Jabal Ghafur...ya lebih 22 tahun lalu.
Malam ini yang menemiku menuju ke Birueun ialah penyair Deknong dan Ajundan Bupati Biruen , Anwar Ebtadi juga pengajar Tarbiayah Al Muslim.
Saya memilih kopi bubuk yang lain memilih kopi moden hahah nescafee lah itu.
Mataku melirik ke aneka tanaman buahan arpokat, keledek merah , sengkuang lebih menarik hatiku berbanding, limau, apple, mangga dan durian....
Saree pekan kecil perbatasan Sigli-Aceh Besar...
juga laluan hentian jalur Medan - Aceh.. pekan kecil yang pernah dirindu dikasih oleh Sasterawan Negara Abdullah Hussin. Dalam senyap malam ini aku terdiam , tidak ingin bersuara kerana masih mengenang dekahan suara al marhum Nurdian AR,
" Ayuh, minum kopi Saree, siapa minum akan
datang lagi ke sini...minum...
tanda ucap selamat pertemuan
...mana tahu tak lama lagi kita berpisah..."
Ya sahabat kami itu sudah pergi, beliau meninggal dunia di bilik hotel menjelang pemilihan umum pada tahun 1998 di Medan. Al fatehah sahabat kami yang telah pergi lebih dulu.
*
Saree di hati kami
terimakasih Deknong dan Pak Ajundan
ya kopi Saree kekal manis di hati.
*terbit dalam Harian Aceh, 16 Ogos 2009
2 comments:
Dr. Siti,
Sudah lama tidak kedengaran, apakah ini khabar dari Acheh lewat Blog.
Oh sudah di Selangor, sedang merapi tulisan-tulisan kecil tentang kegiataan seni seniman Aceh...
Post a Comment