Jarak Waktu : 27 April 2003
23.12. Catatan dalam Gerabak IX . 32 -35
1.
Selesai seminar di kampus St Petesburg, kami tinggalkan cuaca kelabu, suhu - 6 darjah selsius jam 9 pagi (di Malaysia sudah jam 1 tenghari), matahari bersinar cantik, awanpun bersih - ya sabtu sunyi tanpa orang lalu lalang. Semalam dilaporkan salju terapung di Sungai Niva . Angin memukul keras, suhu di bawah paras kosong. " Aneh", kataku. " Biasa saja" , jawab Julia. Biar sudah musim bunga, tapi negara kami makin lucu, salji masih berderaian".
" Nah ", sambut Prof Sikozskeij, " Anda, hidup lagi. Bagi kepercayaan kami, seseorang yang disangka telah meninggal dunia, tapi tidak jadi, aduh, anda panjang umur, panjang usia, selamat datang ke bumi pekat salji ini " .
Pohon-pohon ber'oza meranting, sisa musim dingin terasa perit, antara celah mahligai masa lalu, bayang riak emas masih bersisa, cinta Peter Agung, Kristina yang mabuk berahi cinta, kau datang menatap keangkuhan kalangan Borjuis, semua yang datang, merunduk, tengadah . Tidak ada rungutan tak perlu kesal olah sistem nilai, kau naiki tangga ke tingkat tiga, sisa-sisa ilmu bertapak mengikuti jejak sarjana, seniman, penyair, pelukis. Kaupun duduk di kerusi silam di situ Pushkin muda mencatat, melakar idea puisi yang tidak pernah selesai, di situ bilik kuliah yang masih diduduki, kerusi silam itu. Kau tamu, datang tersedak, mengaduh. Melihat bayangan Puskhin dan Ivan, mabuk dan golongan marhen marah sehingga akhirnya Sang Agung tersungkur.
Kemana haluan tuju? Bisik puisi Puskhin mengetuk dari jendela malam wahai manusia kembara, tidak, aku sudah berumah di sini, membetulkan langsir tipis berbunga, menyusun vas dan zenias kecil, jemari itu memotong kentang, nipis, dan melapis roti hitam dengan keju, sepotong kulic , kuih Easter menunggu wangi di piring, siapakah yang mengetuk pintu?
Peluit kereta api malam menukik. Desah makin berat di rel berkarat. Tapi aneh, yang didengar tiupan suling dari bibir Lomonsov, pemuda Siberia yang berhasil mengkamui Chaterina 11, di awal musim bunga abad ke 19. Si saintis ahli kimia , fizik juga menulis puisi yang digila Maharani...dan kau di situ di depan kampus St Petersburg sudah menangkap mata jeli seorang seniman Siberia...lagu itulah yang mengetuk cuping telingamu setiap derak roda kereta api berdesah berat hingga jauh malam...
***
11.
No comments:
Post a Comment