Tuesday, 11 May 2010

Yang Merah Itu Saga


DI MANA, dan ketika usia berapa , kali terakhir anda mengutip buah saga?
Masih di ingati di belakang Sekolah Rendah Setapak berdiri agam pohon saga. Kami mengutipnya, digunakan untuk belajar mengira. Tergantung siapa yang datang awal ke sekolah mengutipnya dan memasukkan ke dalam botol yang dibawa dari rumah. Siapa yang malas, hanya membawa biji buah getah, atau batu yang dikutip di tepi jalan.
Biji saga menjadi citra penting dalam memerikan keindahan BUDI:
Yang kurik itu kundi (buah sejenis saga tapi kulitnya berkurik)
Yang merah itu saga
Yang cantik itu budi
Yang indah itu bahasa.
Betapa kagumnya sebatang pohon warisan tiba-tiba tegak di halaman rumah. Jiran mula bising, " Pohon itu membesar, habis rumah kita" Kudiami tidak peduli omel jiran lelaki sebaya yang sudah pencen, di depan rumah Bangi . Aku juga tidak jelas pohon yang tersemai oleh olah sang unggas, yang memindahkan biji yang dibawa terbang entah dari mana. Batangnya seakan pohon asam, termasuk daunnya yang berjurai kecil, seakan daunan pucuk petai belalang.
Harianku penuh tanpa peduli pohon tegak berdiri di celah pagola. Ini pohon baru tumbuh bagai menyambut aku kembali dari perjalanan jauh. Pohon restu tidak mungkinkah ini pohon budi (bodhi, angsana).
Hampir menjulang melebihi pagola, pohon itu tegak kukuh berdiri....tanpa kusedari telah lebih setahun mengutip biji-biji buah saga yang kukira dibawa sang unggas. Sehinggalah setelah hampir separuh botol, sedikit aneh, kerana rajinnya burung menjatuhkan biji saga, barulah saya mendongak ke atas, melihat buah-buah yang bergantungan hampir kering, pecah dan tiba-tiba jurai yang kering jatuh tepat di atas bahu....masyaAllah sambil meraba batang pohon bisikku, " Ya Allah kau SAGA rupanya...." Sehingga bagai terdengar bisik Nenek Alang kami " Pohon saga hanya tumbuh di tanah yang berezeki di tanah subur....ia memanggil unggas untuk bernyanyi di celah rimbunannya...."
Saga, saga merah menyala
saga,saga suburmu di situ
di halaman rumah kita
lindungi kami
mensyukuri anugerah Mu!
*****
Gombak
12052010

8 comments:

NASSURY IBRAHIM said...

Saya selalu parkir kereta bawah pohon saga, daun dan buahnya selalu mencemarkan kereta.

Rositah Ibrahim said...

Seronok ya, kereta di'cemari' saga yang meriah merah (buat hati girang!). Sebab itulah terus parkir kereta di situ!

SITI ZAINON ISMAIL said...

Aduh, saya mendengar dentingan biola tersentak setiap kali bijiran saga jatuh di atas atap zeng anjung rumah, tiiiiiig. Nassury, daun keringnya kalau di rendam - hingga lembut....airnya enak segar untuk menghilangkan pening-pening lalat.....atau jangan letak kereta di bawah pohon rendang....begitu bisik saga heeeeee.

Ampuan Awang said...

Salam...

aduh, bonda. maklum balas tentang manuskrip buku yang anakanda katakan tempohari masih lagi belum mendapat jawapan... aduh

SITI ZAINON ISMAIL said...

Awang tak langsung bertanya ke Ketua Pengarahnya????

RahmatHarounHashim said...

Salam daripada saya.

SITI ZAINON ISMAIL said...

Wah nama lebih Lengkap dengan tambahan Hashim... nama datuk anda?

Mawar said...

Bonda
saga banyak terselit dalam sejarah saya waktu kecil di Temasek. banyak saya rakamkan dalam cerpen antaranya dalam "antara rindu xiang si dou"...ya, merahnya selalu membangkitkan rindu!