RABU 28 Ogos 2008
KAMI berkumpul lagi di RA Galeri Jalan Aman. Setelah meninggalkan DBP menghadhiri acara Anugerah Kencana (untuk esei/seni Akademik) berkumpul di bilik ketua editor Norimah, menangkap deraian ketawa Mansur Saman (Datuk,Dr) dengan Arbak (Prof.Madya,Dr) dan Rahim Abdullah, maka kamipun bertukar buku (dapat buku, komplentasi), hingga dengan janji " Kita jumpa lagi bulan depan, gegar bilik editor DBP". Norimah sengeh harap dia maklum kami yang mundar mandir ke DBP sediakanlah ruang mini untuk kita berdebat, memberi komentar tentang wajah buku (layout) supaya buku terbitan DBP lebih cerah!
Tetapi di RA Galeri kami lebih santai. Ketawa berderai di mana-mana apalagi kalau yang berbicara ialah Raja Azhar , bicara sinis pintar dari kolektor Pakha dan suara lincah berderai dari pasangannya Fatim. Inilah suara seni rupa yang kerap memberiku kesegaran, untuk berfikir tentang gelodak berkecamuk mainan seni... tentang harga lukisan di pasaran, siapa penonton, siapa pembeli, siapa pengkritik, siapa wartawan seni lukis yang sabar dan berbaik hati rajin menulis sambil memberi penilian bukan sekadar mengutip daripada bahan press yang diedar oleh kurator. Dan petang Isnin yang lalu, kamipun disuguhkan dengan karya cerah gemilang dengan ledakan panas beberapa judul di ruang dalam galeri. Seperti biasa, lukisan Seniman Negara Syed Ahmad Jamal (SAJ) yang menjadi pelukis undangan RA kali ini menjelang hari 51 tahun merdeka memang mempamerakan kegahanyanya, besar, lebar, baik meninggi garis loseng atau mendatar garis pakan. Suara ledakan itu kerap tersembunyi meninggal wajah figura sebaliknya mainan ruang, garisl dan warna. Bila yang ditampilkan dengan judul citra ledang, sirih pinang dengan ikon tempatan antaranya dengan judul Gunung Delang/Tanjung Kupang (1978), Sirih Pinang (1990), Keris (2007) hinggalah dengan citra global seperti Tun Mamat Mendaki Himalaya (1984), Palestin (1983), Arena Bosnia (1993).
3 comments:
Kak Siti, selalu di hati
terimakasih. salam marhaban di ramadan mulia.amin
Begitulah adanya..dunia sastera, seni tampak penuh dengan watak-watak yang berencam kadangkala penuh dendam. Hati-hati dijalanraya! :)
Post a Comment