SETELAH 48 tahun, desah keretapi masih saja begitu
jalur keretapi lurus meliuk, besi berkilat berkarat
kayu jati semakin hitam dan agam
dan subuh menyambutmu, kau tersedak gerimis berderai
dan bayang yang tumbuh, perkasa itu
masih kau kenali, rumah tunggal yang tidak pernah kau lupakan.
Masihkah di situ surat sejarah kau cicir dan
dia yang datang lagi setelah gerombolan pergi
tidak kembali sedang mulutmu ternganga
memanggil : pulanglah ke rumah ibu!
Subuh, Gua Musang
24 Julai 2008
No comments:
Post a Comment