Tuesday, 19 January 2010

KE RUMAH MATAHATI






17 Januari 2010

AGAK lama juga saya tersisih dengan kegiataan pelukis generasi muda, terutama angkatan 2000. Setelah angkatan Jailani, Ramlan, Rafei, saya terasa sungguh tidak terikut lagi senarai karya angkatan selepas kumpulan ini. Kecuali kalau pameran itu dipamerkan di RA Galeri, Pelita Hati atau sesekali berpeluang ke Galeri Chandan. Terima kasih kepada Haneem yang banyak memberi sumber data kalau beliau dilantik sebagai kurator pameran generasi baru ini.


Malam Minggu semalam ini agak terkecuali. Kebetulan Cik Bulan memang ada tugas untuk meninjau pameran PERSPEKTIF oleh Para Sahabat Matahati di Rumah Matahati (HOM, House of Matahari) beralamat di 6A Jalan Cempaka, Taman Cempaka Ampang, Selangor.

MATAHATI - nama yang cukup puitis, teringat pesan nenek, jaga hatimu - di situ matahati, macam pelita harus ada sumbu, harus diisi dengan minyak...MATAHATI akan bersinar.

Ada keistimewaan kumpulan MH terutama dengah sikap dan gaya Bayu Utomo Radjikin,Fuad Osman, Masnoor Ramli, Shukri Muhamed dan Hamir Soib.Mereka adalah lulusan UiTM. Yang terkesan ialah sikap Bayu Utomo, yang banyak merakam wajah sendiri dengan gerak silat , langkah dan duduk lelaki perkasa. Kali ini, mereka mengumpulkan seramai 17 orang pelukis diawal dengan jejeran pelukis serius sejak awal tahun 1990an antaranya : Jailani Abu Hasssan, Ramlan Abdullah, Ahmad Shukur, Ahmad Fuad Hassan, Bayu Utomo, Hamir Soib dan seterusnya. Keistimewaan kegiataan Mahahati tidak dibatasi oleh ruang, masa dan keturunan. Dalam pameran kali ini memasukan senarai Kow Leong Kiang ( anak pelukis senior Lee Kiang Seng & Shoko?), Phuan Thai Meng, Wong Chee Meng juga Jeganathan Ramachandram dan Marvin Chan.

Saya tahu mengikuti acara pameran angkatan muda, saya seakan menunggal, tidak kenal wajah atau mereka yang muda pula ysegan menyapa saya. Saya harus patuh dengan aturan alam. Yang senior lambat kenalwajah yang muda, yang muda merasa ada jarak untuk sukar menyapa yang lebih senior. Betul tegur Ruzaimah , " Wah pertama kali lihat Puan Siti datang ke acara begini dan datang ke sini " Hahahahah apakah saya tersesat ruang? Tidak, saya cukup bahagia melihat karya seakan yang telah pernah dihasilkan oleh kumpulan Anak Alam. Arca bebas seakan kotak melayang-layang bergerak kalau diputar dihasilkan oleh Sabri Idrus (l 1971)' Ramlan Abdullah (l 1963), masih dengan siri arca dengan bahan alumium. Garis berjaring tegak dan melintang bagai bingkai jendela.

Pameran di Rumah Matahati ini memang tidak terikat dengan konsep dan pendekatan gaya atau isme yang kerap dirujuk oleh para pengkaji yang masih terikat dengan bingkai sejarah seni Barat. Aliran atau gaya seni yang kerap dirujuk oleh pengkaji dan guru sejarah seni bagai tiak dihirau oleh pereka seni yang menyusun bentuk-bentuk IT, atau struktur lansung seadanya , mengheret batang besi, paip, ragum, dawai, untuk menjadi bentuk arca bebas tetapi dapat menyampaikan amanat kehidupan semasa. Contohynya Ulat Logam-Pemburu diburu (2009) oleh Daud Abbdul Rahim. Jadi untuk menikmati karya ini toleh saja kepada judul dan anda akan diberi amanat yang tepat...siapakah pemburu yang sedang diburu?

Karya bersifat figuratif masih dilanjutkan oleh JailaniAbu Hassan dengan lagak lelaki bermisai melenting, megggerakkan genggaman tangan, seakan bersuara, "akulah pejuang' ; Kow Leong Kian (l 1979). Kow yang mewarisi bakat ibu dan ayah, menampilkan potret perempuan berbaju kurung dengan hiasan corak batik, lukisan senyap dengan gelombang laut sebagai latar, menampilkan kesan gelora wajah yang dilukis.

Mansnoor Ramli Mahmud (l 1968) mengangkat mitos P.Ramli dalam judul ' Pukul Berapa Datuk Harimau', 2009. Karya figuratif ini mengangkat permainan rakyat tetapi kenapa sang harimau muncul dengan wajah P.Ramli. Jawaban yang mudah untuk direnungi: dalam kealpaan generasi baru mengangkat segala macam permainan import, pelukis mengajak masyarakat untuk menghimbau ke latar warisan tempatan. Permainan tradisi kanak-kanak makin tersisih namun wajah P.Ramli tiada siapa dapat melupakannya. Inilah keresahan pelukis yang juga ditampilkan oleh Jeganathan dalam karya berjudul 'Tangisan Budha'yang makin dilupakan amat oleh pengikutnya.Paparan ikon Budha diwakili oleh pelupuk mata yang semakin mengecil, telinga bersumbat anak gajah. Kelopak bibir seakan mendengus dengan menjaring anak arnab terkurung di lekuk dagu. Budha bersedih hati....inikah jawaban untuk sebuah perlakuan umat yang melupakan agama mereka?

Tulisan ini bukan mengulas atau review lengkap untuk sebuah pameran. Tugas saya hanyalah sebagai pencatat langkah harian, untuk melihat siapakah pelukis yang diundang oleh Matahati dalam projek awal tahun 2010. Dari jauh saya melihat Jai sibuk bercerita dengan teman-teman pelukis. Bayu Utomo mendekati sejak di ruang atas dan menghantar saya ke meja minuman.....hingga sempat mengatur ide dengan Norhana, isteri pelukis Sobri, yang dinamis mengatur dan menyusun pameran sang suami. Tahniah. Dalam kesunyian di sebuah pameran gembira ini, saya terkejut mendapat sapaan ketawa yang meriah daripada pelukis seangkatan: Lee Kiang Seng dan isterinya perempuan Jepun, Shoko . Shoko kerap mengenalkan dirinya sebagai Syukur.Akhirnya lengkap juga kunjungan saya ke Rumah MATAHATI , menemukan wajah baru yang saya lihat dan wajah lama yang menyambut tatap.


Gombak
18012011

2 comments:

  1. Ta'jub juga memikirkan bagaimana seorang Maha Guru yang mengkhusus boleh merasa agak ketinggalan. Terlalu lajukah putaran roda dunia hari ini? Atau jalan jalan laluan kini sudah terlalu berliku dengan simpangan bertingkat yang berlapis lapis dengan terlalu banyak susun tindannya?

    ReplyDelete
  2. Hahaaaa CLJ, jemputan selalu dapat, tapi kadang-kadang terpaksa berbagi-bagi waktu. Kalau sekadar pameran, datang , tengok sana sini....jarang ada diskusi pameran, jadi sebab tu saya harus pikir dua kali dan memilih pameran yang makin berlambak-lambak, dilakukan oleh galeri swasta....ulasan di massmedia kurang, malah wartawan seni rupa kurang sekali....jadi kerap tertinggal.....malah kalau galeri utama mereka akan hubungi, mengingatkan acara jam, tempat dsb.
    Apalagi selalu sesat jalan , betul jalan bertingkat, salah masuk harus laju ke depan, untuk putar balik harus fikir lagi...haaa

    ReplyDelete