Rumah sejarah seni dan warisan bonda. Sila jejaki tangga ke rumah kita.Kelopakpun kembang ke jejenang diri
Monday, 25 February 2008
CAHAYA DARI JEJENANG
YANG BERTAHAN - LOW YAT
ISNIN 25 FEBRUARI
Di Sungai hanya tinggal batu hampar yang tidak dapat dihancurkan, sehingga kontraktor Korea angkat tangan, mengaku kalah - batu itu sudah menunjang jauh ke dasar bumi. Kini tinggallah hamparan batu di sebelah utara dan selatan jembatan yang menuju ke Karak Highway. Di sungai inilah dulu kami bersama cucu-cucu apek Low Yat mandi manda , membasuh pakaian dan berarak mengutip buah letub-letup di celah semak lalang di sisi surau tinggi kami. Melor terkejut dan bertanya,
- " Ialah dulu Low Yat tu berdagang kicap di Batu 4 3/4 depan Pasar Besar "
- "Jadi masih ada cucu Low Yat tu"
- " Juga cicit-cicit yang mengalirkan wang moyang mereka dengan IT bisnes tu
Low Yat hampir sama terkenal dengan Mat JP (Junus Putih) datuk penggawa kaki tangan kerajaan yang mampu mendirikan rumah limas, besar di Batu 5. Rumah itu masih berdiri agam sampai sekarang, walaupun Jalan Gombak sudah melandai di depan tangga hanya berjarak tiga langkah. Gudang kicap Low Yat masih ada disitu, dikawal dengan palang besi, walaupun mereka sudah mendiri industri mewah di Bukit Bintang dan mengeluarkan biasiswa untuk pelajar sekolah Chong Hwa Gombak - Setapak hingga pelajar univerisiti. Kemana pula harus kita usung rumah lama Abdullah Haji Hukum, Rumah tempat tidur pejuang Kesatuan Melayu Kebangsaan di Kampung Bharu?
si
SEJARAH HIMPUNAN 1946
ISNIN 25 FEBRUARI
DI BAWAH RIMBUN BULUH
Alkisah dapatlah kudengar juga ketika kuhubungi tukang bengkel kereta untuk membawa bateri baru mengganti bateri keretaku mogok . Tanyanya -
- " Di Rumah mana? "
- " Rumah setelah 'bumper' ketiga di bawah rimbun buluh "
- " Oh rimba ledang - rumah hutan itu ke "
Kerana rimbun buluh melandai keluar di celah pagar, menjulang pucuknya menyentuh rentangan letrik dan tiang telepon, maka disebut mereka rumah kami itu sudah memasuki realisme hutan!
Sunday, 24 February 2008
PUTERI ROKAN
Friday, 22 February 2008
SECANGKIR MINUMAN
SABTU
23 FEBRUARI
GEMPA LAGI
23 Februari 2008
"YA GEMPA kemaren di Seumeulu terdapat kandungan minyak dan natural gas melebihi
Emirate Arab, masa eksplorasi 300 tahun lebih pemakaiannya" . Ini SMS kedua masuk dari Banda Aceh ( 21-02-2008: 10:15:46 am, AT). Si pengirim lebih awal beritahu,
"Aku trauma lagi, gempa kuat di Banda Aceh"(20-02-2008:03:22:27pm)
Berita pukul 1 tenghari memberi khabar gempa di Seumeulu. Turut mengoncang Lembah Kelang dan Pulau Pinang. Berita jam 8 malam mengkhabar lagi, 'gempa 7.2 ritche' 40 orang meninggal ! Tiga tahun lalu gempa mencapai 8.3 ritche. Rumahnya diamuk badai walau masih utuh tetapi keluarganya musnah sehingga ia trauma tidak mampu lagi bertapak di sana.
Apakah dunia semakin parah. Hingga dasar laut membuak panas meledak, dan seperti pesan dari SMS minyak dan gas juga melambung mencuat. Siapakah yang kaya selepas ini. Apakah tanda-tanda itu semua surat tersurat sejak lama. Sejak dulu kita telah dikhabarkan - mengutip dari Al Quran, bumi dihancur banjir, laut bergelora, terbelah dua bumi ditelan sejak berzaman. Tapi manusia adalah subjek putaran alam dan kehidupan. Menangis ketawa, menerima seadanya dan juga cepat melupakan. Sungguhkan?
RUMAH NO 6 JERMYN STREET, TOXTETH
JUMAAT
22 FEBRUARI 2008
" Adik Mak, dua orang lelaki. Dua-dua pergi Singapura, seorang bekerja dengan Rahim Kajai di penerbitan. Seorang lagi hilang tanpa berita. kononnya sudah belayar ke laut - itu terjadi sebelum merdeka lagi"
Pelaut? Mak ku sendiri juga bercerita, "- Adik Nenek dua orang hanyut di Singapura - tak pulang-pulang, entah-entah dan jadi pelaut ". Peristiwa ini lebih jauh dari tahun merdeka.
Monday, 18 February 2008
BUSANA RIAU PAHANG
SIAPAKAH tokoh ini? Padahal pola baju Riau Pahang sudah begitu dikenali.Walaupun kadang-kadang, penjahitnya atau pereka fesyen masih galur dengan reka bentuk asas baju ini.
Pada tahun 1992, saya mencari ayahanda Raja Razak di Penyengat. Daripada beliaulah saya ditunjukan baju Raja Hamidah = Engku Puteri permaisuri Sultan Mahmud Syah 111 (1761-1812). Sebelum ini kudapatkan rekabentuk asasnya seperti yang dituturkan oleh Mak Engku = Puan Azah Aziz. Namun rekabentuk daripada Raja Razak makin menjelaskan lagi makna pemilik asal busana tersebut. Antara pola asas dapat dikesani:
Untuk kajian selanjutnya Hikayat Busana Wanita Ratu akan kupastikan Raja Hamidah sebagai pengembang busana Riau - Pahang. Dengan data yang lebih lengkap. Insya Allah.
(lih. Harun Mat Piah & Siti Zainon, 1986. Lambang Sari Tari Gamelan Trengganu)
TANGGAL 18
18 Februari
SEJAK akhir tahun lalu seorang doktor seseolah memastikan tanggal 18 untuk pertemuan lanjutan di klinik Urologi . Rasanya tanggal itu mudah kuingati. Kerana itu adalah tanggal hari lahirku - dan beberapa temu janji dicatat oleh tiga orang dokter yang berbeza tapi berturut-turut - menentukan pertemuan pada tarikh yang sama walaupun pada bulan yang berbeda .Mungkin kebetulan. Tetapi begitulah setelah terdapat perubahan warna air seniku, aku yang mula gelabah. Kutanya lagi bila dicatat dalam laporan perubatan dengan perubahan kadang warna amber, claudy, yellow gent - sungguh mengelirukan istilah-istilah warna. Aku mula terbayangkan sahabatku yang bermasalah pundi-pundi, ataupun kidney. Catatan laporan Abah yang kuterima dari pejabat KTM, "Federation of Malaya Certificate of Death"(aduh abah meninggal dunia pada 28-9-71) tapi masih dicatat dalam borang The Births and Deaths Registration Ordinance 1957 - Register no: A229094).Kutemui catatan , nama dokter yang merawat Abah DR Zainal - juga menyebut punca kesihatannya menurun kerana infeksi cardiac. Emak pula ketumbuhan dalam perut. Aku pula disebut oleh Dr Sulaiman, biasalah , " anda malas minum air putih, ni lihat saya harus bawa botol minuman air putih ke mana-mana."
Air-air, jadi air senimu sudah kelabu? Ha? Maka Dr Zamri pula memberi nota yang dicetak dari komputer " Sila terima pesakit ini MRN: M386994 pada 18/02/2008. Jenis penyakit /Diagnosa MICROSCOPIC HAEMATURIA untuk pembedahan pada 18/02/2000.
Pagi tadi, Lur terkejut ,- " Buat pembedahan, kenapa tak beri tahu semalam, Adik boleh hantar dan tunggu bonda di HUKM"
"Hantar? siapa? Wira sibuk esok masih ada kuliah - kalau Lur, ? "
" Ooh, esok ada mesyuarat penting "
"Ok tak pe, dah biasa jumpa dokter"
Memang beberapa kali aku sudah berurusan dengan dokter. Pernah sekali gara-gara pelajar Ph.d bersuara aneh, marah-marah menyerahkan tesisnya aku tersentak dan tercungap. Berlari ke klinik di kampus dan darah naik mendadak. Dokter Nur mengarahku cepat ke HUKM , " Darahmu meninggi". Dari Bangi ku pandu kereta perlahan - mujur otakku cepat menggambarkan pandangan yang cantik - tibaiba melihat awan beralun-alun, warna biru laut bergelombang. 45 minit tidak terasa jauh perjalanan Bangi- Cheras. Kupilih jalur masuk lansung ke ruang kecemasan, setelah dipapah pengawal ku minta mereka menyediakan kerusi roda (ini saja caranya kalau mahu dilayan segera - kalau tidak maaf, kau kena tunggulah dokter baik hati menemuimu). Pengawal mendorong ku, jururawat menyambut di meja pendaftaran - aku mendiamkan diri kemudian perlahan-lahan menunjuk dada ke arah jantung, kepala dan pergelangan tangan. Aksi ini berhasil membujuk juruwat mencepatkan pertemuan dengan doktor.) Nah semalamanlah aku diwajibkan bermalam di ICU. Menerima kunjungan dokter silih berganti , dengan soalan yang sama untuk dicatat di buku laporan. Lur dan Wira terkejut , tapi tak mampu datang - dia di Skudai.
Di lain ketika aku pernah di dorong di bilik bedah. Mereka pun tak tahu. Diam bermalam tanpa siapapun ku hubungi. Masuk hospital - bererti aku rehat daripada bertemu sesiapa kecuali dokter dan perawat. Dan pagi ini setelah menyarung baju labuh putih diikat di belakang dengan selimut hijau, kepala bertopi plastik aku melangkah ke dewan bedah, dan dilayan dengan baik oleh Dr. Naz yang mengenalkan dirinya sebagai Mr Naz. Aku bertanya, kenapa Mr bukan Dr. Setengah jenaka dia menyambut suara, "Hhaha, yang lain-lain ada gelar Dato', Prof, saya ada Mr. Hahha konsultan di dewan bedah ini..".
- " Prof, alat ni cystocopy yang masuk ni, barang baru sampai , berharga seratus tiga puluh ribu. Wang rakyat prof. "
- "Saya kan rakyat, terimakasihlah rakyat tanahairku, "
" Gurau saja, tapi saya di luar depan tv ini, prof diuruskan Dr Liza yang rasminya dari UISM." Riuh juga kudengar deraian suara petugas pembantu mister !
- " Kalau perempuan tak sakit masuk alat cytoscopy ini maklumlah - lelaki sakit prof faham maksud sayakan...
Aku hanya berdehem dan melihat alat yang halus, seperti kepala ular diri - bercahaya (kamera) menembusi ke arah cik suri. Mataku sudah menatap layar tv, melihat gelembung air, menerawang, garis-garis seperti ranting melakar di dinding pundi-pundi. Seperti kolam rahsia, buih-buih kecil berenang bebas, dan setitik lubang halus terus mengembang menguncup menunggu ia (air seni) dikeluarkan.
- " Ok, lihat pandangan itu kan , dinding pundi cantik , tidak ada kesan anak gumpalan (batu membeku) yang pasti aliran pundi juga bersih ..."
Diam-diam pandangan seni lukisku menerawang - cantiknya alam rahsia sana. bersyukur aku menikmati hari-hari cemas oleh kerana air seni berwarna pecahan butih kelabu dan hangat amber beberapa bulan lalu . Itulah kehidupan yang mengikuti langkah harian kita. Allahuakbar. Buku rawatan dicatat temu janji empat bulan lagi - kesan urine microscopy! Insya Allah.
Sunday, 17 February 2008
SURAU KAMI
17 Februari 2008
SURAU kami, di Batu 4 1/4 Jalan Gombak. Mujur letaknya agak ke dalam daripada jalan yang semakin membesar di bahagian depan. Dan bahagian mimbar menghala ke Sungai Gombak. Sungai inilah yang mula menjadi tandatanya. Ada berita terbaru, di depan kampung kami ini akan didirikan jalau baru, konon di buat di atas sungai. Dari Pasar Besar itulah jalur baru akan dibuat merentas di atas sungai untuk menembusi jejambat yang sibuk bena bersebelah Taman Pelangi setelah melenyapkan Kampung Chubadak. Jadi, kerana berita itu, aku sudah mula mengumpulkan berita - data untuk mendapatkan berita dari peguam kampung kami Naza yang sudahpun mencacak papan tanda di rumah ibunya " Kampung Tanah Simpanan Melayu". Lima tahun lalu kami sudah turun naik ke pejabat DBKL - mengadap Datuk Bandar, untuk menolak cadangan DBKL akan merentas jalan di lorong kampung Bonda Dalam yang semakin sempit. Nah, sekarang, merancang pula jalan di atas sungai menjalur untuk tembus ke pusat kota setelah melalui Sentul Selatan. Jadi cadanganku hanya dengan menambah badan surau, mendekatkan dengan sungai yang boleh dilihat dari jembatan besar jalan ke arah Sentul Karak Highway itu saja dapat menyanggah pembangunan di kampung pusaka Tanah Melayu.
Teman-teman pelukis di laman Santai Seni KeKKWa, Sani Sudin, Aris dan Ade Putra sudah setuju untuk melukis suasana di sepanjang Sungai Gombak mungkin bermula di batu 12- di Kampung Orang Asli, menurun ke Sungai Chincin ke Sungai Pusu, menurun lagi hingga melalui Kampung Changkat, Kampung Padang Balang dan sampai ke Kampung Bonda Dalam. Sanggupkah pelukis-penyair Gombak mempertahankan sungai kita ini. Tanpa Sungai Gombak tidak akan ada Pengkalan Batu yang menjadi pengkalan pertama Raja Jaafar putera Raja Haji yang telah membuka lombong biji di Lukut, mendarat dan membersih rawa-rawa berlumpur hingga dikenali sebagai Kuala berLumpur. Kemudian dengan kebenaran Raja Jaafar dan Raja Pusu barulah Yap Ah Loy diberi kuasa membena kedai di sepanjang dan pinggiran Pengkalan Batu @ Kuala Berlumpur --> Kuala Lumpur.
- " Jadi ? " Soal Sani
- "kita lelong lukisanlah , untuk dana memanjangkan anjung surau mengarah ke tebing sungai ".
Apakah ide di senangi DBKL
Beberapa penyair yang pernah belajar silat di kampug kami, seperti Kemala, Firdaus Abdullah - sudikah bergabung? sebagaimana sudinya tenaga pengajar di IKN untuk turut membantu membena wakaf di tangga surau dan satu dua boleh di dirikan di tepi sungai?
Kutunggu berita terbaru dari DBKL - apakah benar Vellu itu akan mereruskan projek meluruskan Sungai Gombak, kalau masih memegang kursi bulan Mac nanti?
Saturday, 16 February 2008
CERITA NENEK
PASAR SENI SANTAI?
17 Februari 2008
DARI RA GALLERY di Jalan Aman, kami berpatah balik, menyusur Jalan Tun Razak ke arah HKL. Di hujung bulatan kami mengambil lorong kanan dan berputar memasuki arah ke Istana Budaya yang telah membuka ruang malam minggu santai seni untuk warga ibu kota. Dua tahun lalu sudahpun di adakan Pasar Seni di persekitaran BSLN. Entah apa silapnya,
- " Ya setiap kepala bertukar, ide juga harus diganti. Kalau dulu ada galeri seni di sebuah negeri aktif, bila pucuk pimpinan diganti, dia tak suka, boleh sajalah dihilangkan projek itu"
Dan Pasar Seni berganti Santai Seni ini pula gimana? Pasar Seni saja sudah dicurigai oleh seniman tenar,
- "Lukisan saya bukan untuk digantung di tepi jalah " . Ada pula yang bersuara,
- " Kerja seni saya bukan untuk dibeli oleh kebanyakan orang "
Itu lebih 30 tahun lalu bila KKBS mula mengadakan Pasar Seni di Jalan Belanda. Jadi yang aktif hanya Anak Alam dengan teater jalanan, Dengan pelukis kawan-kawan APS yang menggantung lukisian di batang pokok, di celah bangunan - atau sesekali kami bawa kumpulan Orang Asli dengan pameran topeng, dan merekapun mengetuk muzik bambunya. Sesekali muncul juga kumpulan kraf cacat mata dari Breickfields. Sehinggalah Pasar Budaya wujud mengambil aleh bangunan Pasar Besar.
Kini di acara Santai Seni di halaman IB bergabung juga dengan wakaf seni lukis sokongan BSLN. Ya seperti masa lalu juga, masih ada tanggapan gaya ini hanya sesuai untuk pelukis jalanan. Tapi tak mengapa, beberapa kelompok pelukis realis , cat air dan grafik masih sudi berkongsi sambil menjual karya mereka, kalau ada yang sudi menempah potret mereka untuk di lukis. Sani Sudin dengan lukisan kecilnya dengan tulisan puisi termasuk menjual buku puisinya. Aziz masih membuka kanvas, dan kertas, sapa tahu ada datin datang untuk merakam wajah cantik mereka. Ade Putera pula mencetak lakaran hitam putih ke atas kanvas, memang sesuailah karya mereka untuk tatapan pelancong yan singgah sebentar di ibu kota. Pesannya,
- " datanglah ke Stesyen KL, saya ada di situ".
Kamipun melihat kumpulan penari IB menari-menari melompat-lompat yang tidak ada bezannya gerak lelaki dan perempuan. Kadang, uali tangan leleki lebih lembut daripada iulai jari wanitanya. Gelekan punggung juga tidak ada bezanya. Merekapun mengajak para tamu yang santai makan-makan ala pasar makan dan tari. Begitulah malam seni santai di IB. Sudakah anda ke sana?
Dalam ruang seni rupa pula bolehkah kukatan , Seni oh seni, sudah ada kotak-kotak persembahan dan penghayatan. Maka tidak heran tidak akan mungkin pelajar UiTM atau UPSI kuat datang ke acara malam minggu hanya untuk membawa peralatan lukisan seperti ungkap Sani,
"Ha mereka datang hanya untuk brjalan-jalan di KL, hahaha"
AWAN BERARAK - BONEKA AISYAH
17 Feberuari 2008
Undangan perasmian lukisan 'The Unknown' kumpulan 8 orang pelukis muda, Aisyah Baharuddin, Avroco, Farhana Tajali, Haslin Ismail, Khairul Azmir Shoib, Melissa Lin, Rahmat Haron dan Tan Sei Hon' sudahpun dirasmikan oleh Hasnol Jamal Saidon pengarah Galeri Seni USM. Sabtu semalam terasa panas semarak di mana-mana. RA Gallery juga panas dan semarak. Ketika tiba di ruang depan, galeri penuh dengan para tamu, keluarga dan para sahabat pelukis muda. Kenapa judul pameran The Unkonwn . Mungkinkah kerana mereka belum dikenali. Judul ini mungkin sesuai dengan tulisan semalam - pelukis muda lulusan dalam negeri atau mereka yang belajar secara sendiri - seperti yang dialami oleh Rahmat kerana dia yan g berambat berpintal ini memang datang dari jurusan lain.
Dapat kuagak , tamu yang datang - juga memang mereka yang selalu (wajib) tiba, entah apa alasannya. Tepi kita akan melihat A.SAMAD Said, memang kerap hadhir. Malah pernah beliau memberi tahu,
- " Saya kerap menyokong pelukis-pelukis muda, membeli karya mereka dengan kesedaran untuk membantu agar mereka terus berusaha memajukan kerja seni"-
Berapa keratkah insan seperti ini? Jadi tidak hairan ASS menjadi sahabat para seniman muda.
Kujengok ke arah lukisan karya Aisyah. Jelas, beliau berkongsi cerita pengalaman seorang ibu muda - Arjunanya meriuh, kerap pindah didukung berganti dalam dakapan para sahabat ibunya. Begitu juga lukisan Aisyah. Di kanvas besarnya, dia membandingkan dirinya yang hamil dengan ibu kucing yang bunting. Tubuh ibu bogel dengan perut hamil 9 bulan, berhadapan dengan ibu kucing seakan mengaduh di kakinya. Warna sang ibu, kelabu biru kusam, kucing warna gelap. Di lain lukisan muncul awan berarak bergumpal, sebatang pohon dengan akar menerawang di dalam air. Tapi sayang wajah awan yang bergumpal indah terasa surrealisnya tidak semesra kocak air yang datar. Aisyah seakan mencari susunan warna dan unsur alamnya tidak sebati. Dia lebih jujur memperlihatkan wajahnya dengan harapan mata yang berkilau atau boneka telanjang yang berbaju merah jambu cair cepat mengesan berbanding tubuh perempuan terbalik, kepala di bawah. Aisyah si ibu muda ini memang lincah dengan kerja seninya. Dia berkongsi persembahan dengan teman-teman seangkatannya - dengan koleksi buku dan bahan bacaan di studi0nya di Shah Alam. Seperti cerita ASS,
"Si Aisyah anak Riau ni, jentik jari saja - teman-teman akan datang berkumpul dan dengan santai, jadilah persembahan seni mereka. "
Beberapa orangkah yang mampu mengerjakan kerja seni yang kerap dianggap kerja gila oleh mereka yang tidak mampu menghayati kerja seni?
Ketika melangkah pulang, ku toleh ke ruang minum - Hanim sedang memotret tattoo di tubuh Rahmad. Terdengar pula suara Zek, " Siti nak gunting rambut awak?" - bila pula aku pernah mengatakan begitu? Cuma otakku selalu bertanya, " Hei syampu apa kau pakai?"
Friday, 15 February 2008
Nasib Pelukis
Jumpa di sana!
KERABAT KTMB
@ Siti Zainon Ismail - 2008
Buat Hesmel di KTMB- KL dan Naz yang merindukan keretapi di Meureudu di tahun 1950an!
KERETAPI TANAH MELAYU nama yang cukup gah sejak ia dibina sekitar awal tahun 1920an. Itu cerita Abah bila aku bertanya,
- " kenapa Abah bekerja di bengkel keretapi Sentul? "
- " Izan malu Abah bekerja sebagai buruh keretapi? "
- " Eh eh tidak tapi bangga kerana dapat tiket percuma naik keretapi"
Kenapa rasanya mendengar desah keretapi yang baru tiba di Sentul. Melor mendengus bila kukatakan,
- " Bunyi keretapi selalu memanggil rindu"
- "Alaa jiwang tu, mana rindu-rindu dengan bunyi desah keretapi? "
Aku terkejut, gadisku memang tidak romantis juga rupanya.
- " Tunggu aku di stesyen Amsterdam ! " pesan emelku kepada Mawi jauh di Straat
- "Hei itu kau yang pakai tengkolok besar di sana, Zain? "
- "Ya di Moon Flower"
Keretapi menjadi citra pertemuan juga menjaba atau berpelukan sebelum berangkat
. Ia bergelombang dalam puisi cerpenku. Kadang menyambut teman yang baru sampai dari Paris, juga pesanku,
- " Dari KLIA, pergi ke kaunter keretapi express beli tiket RM 35 sehala - - langsung ke KLSentral - sampai jumpa "
Terbayang pula bayang Dr Willie, meningguku dengan dua buah basikal di stesyen keretapi Leiden pada bulan Ogos 1986 ,
- "Untuk siapa dua buah basikal ini ? "
- "Untuk saya untuk anda juga - keliling kota Leiden!
Tetapi tentu saja berbeza antara tren laju di KL yang bermacam-mana nama 1) Komuter, 2) Star 3) LRT. Kenapa bunyinya tak sama? Hah. Otak dalamanku menyatakan begitu. Tambah Melor,
- " Katanya bunyi keretapi sama saja "
- "Tidak sama lah ? "
- "Haa aneh saja Mem tua ni"
MAHKOTA KEINDAHAN KEPALA
Lebih halus makna susunan mahkota ialah 'kerja menghasilkan yang indah'- dapatlah dirujuk kepada keindahan seperti yang harus dipatuh oleh tangan para muslimah yang mengerjakan bahan yang melengkapkan keindahan Ratu (pengantin = raja sehari ini). Inilah yang patut menjadi patukan melakukan dengan kesabaran,
kerana yang melakukan kerja memakaikan mahkota ini juga haruslah yang berilmu - yang berilmu itu pula 'hendaklah dituruti dengan jiwa yang mempunyai sifat yang sabar ...'Seorang manusia hanya boleh bersikap sabar setelah memahami betul-betul tentang suruhan dan larangan agama Islam yang ditentukan oleh ilmu-ilmu fekah dan tauhid " (lih Abdul Raof ,1990,3). Kerja yang dilakukan dengan keseabaran (menyusun bunga sunting) termasuk kesabaran sipemakai mahkota tersebut juga harus diimbangi dengan niat ikhlas disusun berhati-hati, sopan dan tenang --> seperti dibidalkan biar lambat asal selamat.
Inilah antara konsep dasar yang patut dibina dalam mengenali, mengekal dan mencipta kembali (kerja kreatif -variasi) mungkin sekadar meniru dengan kerja spontan dan improviasi. Atau banyak jua bila ditanya kenapa bunga sunting hiasan
kepala sedemikian rupa, mereka selalu menjawab,
"- oh tak ada yang tahu lagi makna hiasan kepala tersebut "
Inilah jawaban bagi mereka yang menolak dan proses kerja ilmu. Ilmu harus dihubung disusun semula untuk kita baca dengan rasa gembira dan bersyukur bahawa warisan budaya yang telah digubahcipta sejak lama masih dapat dikesan dan disusun semula untuk sebagai ikon budaya.
Rujukan: Abdul Raof Dalip, 1990. Kemurnian Jiwa dalam Islam. Al Mizan
Thursday, 14 February 2008
DR JAY DI JALAN GOMBAK
15 Februari 2008
Jumaat
SETELAH berbincang dengan Prof Husna, memang dia sungguh bersenang hati, ucapnya " kerana anda sudi bergabung dengan keluarga lama". Haha ATMA! Kenapa aku harus rujuk kembali? Setelah Prof Sam tidak memberi alasan tentang lanjutan tugas di ATMA, akupun meninggalkan kampus UKM lebih setahun. Mendamaikan dirihati di Tanjung Karang lebih 90 km ke pinggir laut menghala ke Ulu Bernam di pinggir Selat Melaka. Bebas muncul di mana ku suka terutama di RA Galeri . Kuharus memilih, sudah tiba waktunya aku mengeluti rumah seniman sepenuh masa. Tapi canggung juga dunia sarjana masih memanggil - kerja penyelidikan Hikayat Busana Ratu menggugah semula. Kenapa ? Lebih dua jam otakku pun puntang panting, melayang ke lukisan harus diteruskan juga untuk pameran (14 Sept) - dan buku Kampung Paya Kami? Tenggelam timbul setelah penyuntingnya menjanjikan boleh siap menjelang hari lahirku Disember 2007. Aneh dan takjub, percetakannya diundurkan gara-gara buku puisi seorang menteri memotong giliran bukuku. Aku bungkem jengkel bahagia dan pagi ini otak kenangan itulah juga menyelurusi hatiku - di depanku ialah jari-jari bersarung tangan getah, menggerudi mesen berjarum halus - menipiskan gigi taringku, membuang himpunan plug yang menebal. Dr Jay sudah menyarankan, gigi warna tulang baik dilapisi mahkota, lebih kukuh dan berkilau. Mahkota gigi. Hahaha aku tertoleh ke atas ke bawah, melihat cermin di atas kepalaku .
Dr Jay, memang dokter gigi keluarga kami. Sejak Mak mengheret kakiku ke sana sejak Melor dan Wira mula tumbuh gugur gigi muda, Dr Jay lah yang merawatnya. Tapi dulu dia begitu serius menggerudi, menampal bahan porselin, atau logam + getah damar - senyap di lab yang memang sunyi kecuali bunyi mesen halus yang mengusik ngilu sang gagi. Di luar kliniknya makin hingar bingar dengan kenderaan bebas meluncur. Jalan raya semakin luas melebar, hingga beberapa rumah warisan lama kehilangan tangga. Di seberang jalan...rumah Almarhum Dato'Dr Mohd Noh Marahakim, dokter Melayu pertama pakar mata sudah kehilangan anjung, dan bumbung perabungnya. Rumah itu sudah ditinggal lama, dan tergantung papan tanda dengan nama bukan Melayu lagi. Di sebelah kanannya bekas rumah seorang ahli muzik terkenal dengan jolokan Mat Trompet, juga sudah sepi dihuni penjual barang besi. Salah seorang anaknya masih muncul bermain piano dalam orkestra RTM. Otakku terus ligat memutar pandangan sepanjang jalan Gombak dari Batu 4 1/4 hingga ke batu 12 - Kampung Orang Asli. Dua jam Dr Jay membega gigiku, aku bebas menerawang.
Ketika berehat sebentar, setelah dia menampal plaster ke gigi contoh Dr Jay bersuara,
- " Masih tinggal di Kamgpung Padang Balang"
- " Kampung Bonda Dalam dok "
- " Ya tahu, kerana saya tinggal di Taman Melewar..jadi datuk mu juga berumah di situ - sebelum tu?"
- "Dulu datuk meneroka kampung di Ulu Klang (Klang Gate). Bila British buat dem - takungan air, warga di sana dipindahkan di Changkat. Kemudian datuk membeli tanah di bahagian depan sekarang dekat jembatan besar jalan ke Sentul- Karak"
- " Kampung tu nak dibesarkan lagi jalannya..."
- " Maaf! tidak boleh , kami akan pertahankan kampung tu...."
Bukankah datuklah membina rumah tunggal kami, memindahkan dari daerah darat ke paya di tepi sungai Gombak tempat kalian lalu lalang untuk ke Pantai Timur?
Ku kira lagi beberapa rumah lama yang masih teguh berdiri. Rumah perabung lima waris Datuk Empat di depan masjid Batu 5 masih berdiri agam. Cuma tangga sudah hampir di jalan yang diperbesarkan. Dua buah rumah makin ke hilir sudah kehilangan tangga, sudah disewakan menjadi warong makan Minang "Sikoma"- bunyinya seperti bahasa Jepun saja tapi bagi kami keturunan Minang tahulah makna loghat itu Siko = sini, sikoma = ke sinalah. Lalu apa lagi yang ada di Jalan Gombak kami. Ya tokkong Cina tempat aku nonton opera masih ada malah sudah dibangun dengan pintu gerbang - semakin cantik dan surau tinggi kami mujur agak ke dalam, terlindung siapakah yang mampu berderma untuk menambah agam surau kami?