Sepanjang kerja , ada garis, ruang dan bentuk saling terlantun di bayang mata . Walaupun ia tiada di depan mata.
Mata hati sejak dulu disebut oleh guru : ayah dan guru mengaji . Secara kampung ada Ibu dan Nenek sibuk mencari air pendingin jiwa, buat buka pintu hati anak-anak mereka yg nakal, malas belajar.
1950an
Ayah lain lagi; " tulis baca! ". Itu arahannya, atau " ni pisau, raut pensel".
Sebagai si kecil , kita tidak terfikir maksud arahan itu. ibu pula melaung dari mesen jahitnya,
" Izan, cepat tiru lakar bunga ini, Mak nak menyulam kerawang"
Itulah suara yg terlantun- lantun sejak usiaku 5 tahun.
1970an
Tetapi setelah berpuluh tahun... Inilah kerja itu, mencatat dan melakar. Memang itulah sahabatku.
Hasilnya tidak menjadi segera . Bukan masak meggi mee .
Anak ikan melompat-lompat di depan mata hati. Kadang-kadang hinggap pula burung entah dari mana. Kucapai apa saja bahan terutama kalau tercicir buku nota atau buku sketsa: kertas tiket, riset bill, katelog.... Gelora kerja tetap Anugerah-Nya