Rumah sejarah seni dan warisan bonda. Sila jejaki tangga ke rumah kita.Kelopakpun kembang ke jejenang diri
Wednesday, 5 December 2012
Saturday, 17 November 2012
I La Galigo 2012
1.
CERITRA itu belum selesai. Sejak menemuinya dalam usaha mencari tapak tenunan Bugis di Mandar dan Singkang, saya harus menyelak I La Galigo kembali. Sejak masuk ke Ujung Pandang 1986, 1994 dan terbaru , tahun ini saya harus bersayap lagi ke tanah tenunan purba di kota lama. I La Galigo tidak pernah selesai dibaca. Mencatat nama Batara Guru putera Datu Patotoe penguasai istana agung kahyangan - Bottollangi. Putera harus dilempar ke luar dari kahyayang ke bumi manusia meninggalkan Bottilangi dan dia akan didampingi perempuan utama bila berjodoh dengan saudara sepupu, puteri sulung Raja Air Sinaung Toja. Itulah puteri We Nyiliktimo.
Sungguh perit untuk mengingati nama dengan lidah bahasa Bugis Makassar. Tetapi itulah tugas mengumpul data tenunan Mandar dan Singkang. Sarung atau kain Bugis Lamo tenunan bercorak petak kecil memang dari Manda. Sarung bercorak berhias benang emas dan berbunga sendayong, pula asal Singkang. Dan saya harus menerobos dunia kayangan Bottilagi, batas kahyangan di tingkat ke tujuh, hanya untuk mendapatkan cerita kebesaran para ratu dengan busana agung Sinaung Toja ayahanda puteri, sarung bungawaru corak naga, berbaju sutera bersulam emas Toddatojja, berhias bunga matahari dari Lettenwiru. Semua nama motif dan ragamhias disebut bersasar nama sipemakai dan pemilik khas turun temurun. Tidak dapat diperikan jenis bunga dan jumlah kelopak untuk mudah dibandingkan dengan flora alam semula jadi. Semua sudah diolah dan menjadi milik setia istana di kahyangan di bumi dan di lautan. Akhirnya si pengkaji atau si pemakai di luar milik daerah asalnya hanya menyebut sebagai kain Bugis walau sipemakainya orang Makassar.
Ini bukan hanya cerita dengan kebesaran bayangan. Carilah itu! Bukankah itu pesan Pak Tua Haji Biang kemudian berganti nama Arenawati.
2.
Batara Guru sudah terlempar ke bumi, di bawah lapisan langit paling akhir. Berduka kerana harus meninggalkan kasih sayang , ayahahanda Datu Patotoe dan ibunda tercinta. Dia sudah melepas, lapisan awan bergelombang, putih kapas, kelabu dan ungu biru dipanah mentari berkilauan sepanjang menjelang senja jatuh ke bumi jagat raya. Bersendirian dapatkah anda bayangkan putera raja dilempar ke bumintara yang sunyi entah di mana di bawah kolong langit pancaroba? Masih terasa wangi tubuh disirami perasan limau, langir berbusa bagi menghilang bau orang Senrijawa
Gumam Betara Guru,
' Tetapi aku sendirian di sini. Untuk apa menangisi takdir kalau Sang Maha Kuasa telah menempatkannya di ruang batas alam bagi menjadikan bumi lebih berluasa dengan flora dan faun dan dia putera tanpa jasad di kayangan kini menjelma seutuh haiwan berjiwa bermata fikir dan cinta, memandang langit bermentari siang dan malam berbulan. '
Saujana!
Dan saya sendiri bukan We Nyiliktimo untuk membujuk Betara Guru walau saya sendiri setengah mati ingin bertemu putera Datu Patoto!
3.
Pantai Losari ketika itu bersih lapang dan pasirnya bersinar kala mentari terik dan berkilau emas kala teja senja makin merunduk di horizon laut dan langit. Bukankah di situ munculnya jemari We Nyiliktimo , menjurai rambutnya menggelinting sinar mutiara dalam hujan bergemuruh kerana telah dijanjikan..kau menjadi pendamping Betara Guru. Tingallah istana laut, tinggallah taman tumbu karang teruma ada dunia di sana, dunia bumi dan Betara Guru tidak lagi bergundah kelana sejak We Nyilikktimo bersanding bersama di petakrana. Itulah silasilah I La Galigo. Kenapa kau tersentak? Itulah kau, Itulah Saya tersedak menatap sehelai kain sarung tenunan di kota lama milik waris Betara Guru !
Tenunan itulah saya lihat berkibar bagai kain layar terbentang dengan gahnya di tiang gantungan kapal pinisi, melambai gagah di puncak batu karang, terapung dalam deru angin penanda bermulanya gelora laut Selat Makassar. Deru angin itu juga bagai gema gelombang awan, mengaum masuk ke cuping, berlegar ke tengokorok , berdegup di jantung dan darah menderas teralir ke wajah. Wajahnya merah berbinar...ada yang bersuara. Dengar dengan telita..Sang Aku, saya bersuara di batin. Memang ada layar pinisi berkilauan dalam gelora angin dan panah mentari menjelang senja menuju detik Magrib. Azan bergema lantang sayup beralun...Saya masih di Losari.
4.
" Bukalah kitab I La Galigo !".
Itulah pesan Pak Tua Haji Biang ketika kami berdebat karya beliau, Sudara.
"Kita bersaudara walapun di mana saja ". Sampuk Daeng Asari, jejaka Ana' Arung dari waris kerajaan Gowa titih dan kerabat Sultan Hasanuddin yang mangkat setelah kecewa dengan Perjanjian Bungagaya 18 November 1667. Panjangnya jarak waktu dan kami bertemu setelah lebih 300 tahun lalu. Tetapi kami bukan berdebat di Benteng Somba Opu yang sudah dirampas Belanda, sebaliknya kami sudah bertenggek di laman Dataran Merdeka Kuala Lumpur. Daeng Asari sedang menyelesai tesisnya Ph.d di kampus UKM. Matanya berbinar menatap bendera jalur gemilang di puncak tiang menjulang ke udara. Kami sengaja memilih laman terbuka sambil meratah kacang goreng dan menghirup teh tarikh yang kami bekal dari Pasar Seni di seberang Sungai Gombak. Pak Tua Haji Biang sudah lama meninggalkan kami. Tetapi rohnya tetap menyelinap di jiwa kami yang mengutip cerita Arung Pallaka.
(...bersambung)
CERITRA itu belum selesai. Sejak menemuinya dalam usaha mencari tapak tenunan Bugis di Mandar dan Singkang, saya harus menyelak I La Galigo kembali. Sejak masuk ke Ujung Pandang 1986, 1994 dan terbaru , tahun ini saya harus bersayap lagi ke tanah tenunan purba di kota lama. I La Galigo tidak pernah selesai dibaca. Mencatat nama Batara Guru putera Datu Patotoe penguasai istana agung kahyangan - Bottollangi. Putera harus dilempar ke luar dari kahyayang ke bumi manusia meninggalkan Bottilangi dan dia akan didampingi perempuan utama bila berjodoh dengan saudara sepupu, puteri sulung Raja Air Sinaung Toja. Itulah puteri We Nyiliktimo.
Sungguh perit untuk mengingati nama dengan lidah bahasa Bugis Makassar. Tetapi itulah tugas mengumpul data tenunan Mandar dan Singkang. Sarung atau kain Bugis Lamo tenunan bercorak petak kecil memang dari Manda. Sarung bercorak berhias benang emas dan berbunga sendayong, pula asal Singkang. Dan saya harus menerobos dunia kayangan Bottilagi, batas kahyangan di tingkat ke tujuh, hanya untuk mendapatkan cerita kebesaran para ratu dengan busana agung Sinaung Toja ayahanda puteri, sarung bungawaru corak naga, berbaju sutera bersulam emas Toddatojja, berhias bunga matahari dari Lettenwiru. Semua nama motif dan ragamhias disebut bersasar nama sipemakai dan pemilik khas turun temurun. Tidak dapat diperikan jenis bunga dan jumlah kelopak untuk mudah dibandingkan dengan flora alam semula jadi. Semua sudah diolah dan menjadi milik setia istana di kahyangan di bumi dan di lautan. Akhirnya si pengkaji atau si pemakai di luar milik daerah asalnya hanya menyebut sebagai kain Bugis walau sipemakainya orang Makassar.
Ini bukan hanya cerita dengan kebesaran bayangan. Carilah itu! Bukankah itu pesan Pak Tua Haji Biang kemudian berganti nama Arenawati.
2.
Batara Guru sudah terlempar ke bumi, di bawah lapisan langit paling akhir. Berduka kerana harus meninggalkan kasih sayang , ayahahanda Datu Patotoe dan ibunda tercinta. Dia sudah melepas, lapisan awan bergelombang, putih kapas, kelabu dan ungu biru dipanah mentari berkilauan sepanjang menjelang senja jatuh ke bumi jagat raya. Bersendirian dapatkah anda bayangkan putera raja dilempar ke bumintara yang sunyi entah di mana di bawah kolong langit pancaroba? Masih terasa wangi tubuh disirami perasan limau, langir berbusa bagi menghilang bau orang Senrijawa
Gumam Betara Guru,
' Tetapi aku sendirian di sini. Untuk apa menangisi takdir kalau Sang Maha Kuasa telah menempatkannya di ruang batas alam bagi menjadikan bumi lebih berluasa dengan flora dan faun dan dia putera tanpa jasad di kayangan kini menjelma seutuh haiwan berjiwa bermata fikir dan cinta, memandang langit bermentari siang dan malam berbulan. '
Saujana!
Dan saya sendiri bukan We Nyiliktimo untuk membujuk Betara Guru walau saya sendiri setengah mati ingin bertemu putera Datu Patoto!
3.
Pantai Losari ketika itu bersih lapang dan pasirnya bersinar kala mentari terik dan berkilau emas kala teja senja makin merunduk di horizon laut dan langit. Bukankah di situ munculnya jemari We Nyiliktimo , menjurai rambutnya menggelinting sinar mutiara dalam hujan bergemuruh kerana telah dijanjikan..kau menjadi pendamping Betara Guru. Tingallah istana laut, tinggallah taman tumbu karang teruma ada dunia di sana, dunia bumi dan Betara Guru tidak lagi bergundah kelana sejak We Nyilikktimo bersanding bersama di petakrana. Itulah silasilah I La Galigo. Kenapa kau tersentak? Itulah kau, Itulah Saya tersedak menatap sehelai kain sarung tenunan di kota lama milik waris Betara Guru !
Tenunan itulah saya lihat berkibar bagai kain layar terbentang dengan gahnya di tiang gantungan kapal pinisi, melambai gagah di puncak batu karang, terapung dalam deru angin penanda bermulanya gelora laut Selat Makassar. Deru angin itu juga bagai gema gelombang awan, mengaum masuk ke cuping, berlegar ke tengokorok , berdegup di jantung dan darah menderas teralir ke wajah. Wajahnya merah berbinar...ada yang bersuara. Dengar dengan telita..Sang Aku, saya bersuara di batin. Memang ada layar pinisi berkilauan dalam gelora angin dan panah mentari menjelang senja menuju detik Magrib. Azan bergema lantang sayup beralun...Saya masih di Losari.
4.
" Bukalah kitab I La Galigo !".
Itulah pesan Pak Tua Haji Biang ketika kami berdebat karya beliau, Sudara.
"Kita bersaudara walapun di mana saja ". Sampuk Daeng Asari, jejaka Ana' Arung dari waris kerajaan Gowa titih dan kerabat Sultan Hasanuddin yang mangkat setelah kecewa dengan Perjanjian Bungagaya 18 November 1667. Panjangnya jarak waktu dan kami bertemu setelah lebih 300 tahun lalu. Tetapi kami bukan berdebat di Benteng Somba Opu yang sudah dirampas Belanda, sebaliknya kami sudah bertenggek di laman Dataran Merdeka Kuala Lumpur. Daeng Asari sedang menyelesai tesisnya Ph.d di kampus UKM. Matanya berbinar menatap bendera jalur gemilang di puncak tiang menjulang ke udara. Kami sengaja memilih laman terbuka sambil meratah kacang goreng dan menghirup teh tarikh yang kami bekal dari Pasar Seni di seberang Sungai Gombak. Pak Tua Haji Biang sudah lama meninggalkan kami. Tetapi rohnya tetap menyelinap di jiwa kami yang mengutip cerita Arung Pallaka.
(...bersambung)
Monday, 10 September 2012
Malam Takbir Raya 1433/2012
ALHAMDULILLAH
kita masih diberi hari untuk bersama meraikan Idilfitri (1433 H). Kampung kecil kami di celah kota raya masih diberi kesempatan juga meneruskan tradisi bermalam takbir raya. Si kecil dengan gembira mengikuti rombongan Madrsah Tarbiah mengamin doa setelah takbir saling bersahutan. Hanya hidangan sederhana tersedia, dan si teruna kecil ini juga tidak kuat untuk menambah selera makan kerana tiba di rumah tua itu sudah jam 12.30 dini...tetapi kali ini mereka gembira mendapat cenderamata poskad Bijak Si Katak Bijak.....Allahuakbar. Maaf Zahir Batin...dipanjang usia kita bersua lagi dan si teruna kecil makin tambah dewasa. Amin.
Thursday, 2 August 2012
Kubuka kembali halaman hitam putihku
Setelah sekian lama aku mendiamkan suara tak ingin berkata
lidah jangan kau palsukan hati dan akal
memendam segala hitam pendengaran
ejek canda gurau nestapa bukan gelombang baru
belajar aku dengan sirah Kekasih dikeji dihina
tidak terumpat sedikit kemarahanpun
sehinggalahlah kelak semua digulung...
Alhamdulillah Kau hantar kalimat itu ke Kekasih Pilihan
izinkan hambaMu mengutip surah At Takwirr ( Menggulung) Mu
1. Apabila matahari digulung
2. dan apabila bintang-bintang berjatuhan
3. dan apabila gunung-gunung dihancurkan
4. dan apabila unta-unta hamil ditinggalkan
5. dan apabila bintang -binatang liar dikumpulkan
6. dan apabila lautan dipanaskan
7. dan apabila ruh-ruh dipertemukan dengan tubuh
8. dan apabila bayi - bayi perempuan dikubur hidup-hidup ditanya
9. kerana dosa apakah dia dibunuh
10. dan apabila catatan amal (perbuatan manusia) dibuka
11. apabaila langit dilenyapkan
12. dan pabila Neraka Jahim dinyalakan
13.dan apabila Syurga didekatkan
14. dan tiap-tiap jiwa tahu apa yang telah dikerjakan *
Ya Allah tanta-tanda peringatanMu sudah kerap meluncur, amuk ombak
gunung berapi meledak, tanah lungsur, gelegak hangat bumi, bayi-bayi
dibunuh keji....
Oooo lembutkan kembali hati UmatMu Ya Rabbi
demi menuju lorong Mulia ke RumahMu
ke Jannah dengan kasih sayang seperti pesanMu
betapa sakitnya ruh dicabut dari tubuh yang sudah sedia mati
masih enggan juga ia pergi
tanda bukan rahsia
kenapa kami tetap tidak bersedia
tetap lupa
Tidak ! Hamba Sudah Redha
hitam putih baju harian kami
izinkanlah kubersih menjadi bunga murni
asli semula jadi
Izinkanah detik berbalik seperti bayi
hanyaMu penentu Azali
Allahu
Allahu
Allahu
Akbar!
2 Ogos 2011 / 14 Ramadhan 1433
(*At TAkwiir- Menggulung, surah 81, ayat 1-14)
Tuesday, 26 June 2012
BALAI MELAYU
(buat Datuk Cendekia Hikmatullah Mahyudin Al Mudra)
Inilah halaman jiwa
ruang padat ilmu di dada
jendelapun bersuara
angin dari empat penjuru alam
membawa khazanah berzaman
mencelah ke kisi-kisi hati
bertiang seri iman
bertunjang akar jauh di inti bumi
amanat ini dari janji raja dan rakyat
Sungai Melayu bermuara jauh
di bumi emas
tegak berdiri Balai Melayu
di hatimu
dengan jazad dan qalbu Nur Ilahi
di mana saja
kerana ahli fikir saujana
maklum peta sejarah
janji tidak dipungkiri.
Memang ramai si bijaksana
bangga mengakui keturunan bangsa
bertahta berkuasa
tapi pengukir mutia
hanya cintakan setitis cahaya
memilih mencanai dan menguli
tidak memikir memiliki
apalagi menikmati
hanya hati dan budi
menggelung khazanah
memetakan yang hilang
menyeru ke jalan pulang.
Kami tahu
Balai Melayu
tetap berkilau di hatimu
Ya adinda kaulah lebah madu
dikerumi kasih sayang saudara
Sang Pencipta tahu Rahsia
Cinta AgungNya.
Allahuakbar!
Siti Zainon Ismail
Bandar Baru Bangi
Selangor Malaysia
26-27 Jun 2012
(buat Datuk Cendekia Hikmatullah Mahyudin Al Mudra)
Inilah halaman jiwa
ruang padat ilmu di dada
jendelapun bersuara
angin dari empat penjuru alam
membawa khazanah berzaman
mencelah ke kisi-kisi hati
bertiang seri iman
bertunjang akar jauh di inti bumi
amanat ini dari janji raja dan rakyat
Sungai Melayu bermuara jauh
di bumi emas
tegak berdiri Balai Melayu
di hatimu
dengan jazad dan qalbu Nur Ilahi
di mana saja
kerana ahli fikir saujana
maklum peta sejarah
janji tidak dipungkiri.
Memang ramai si bijaksana
bangga mengakui keturunan bangsa
bertahta berkuasa
tapi pengukir mutia
hanya cintakan setitis cahaya
memilih mencanai dan menguli
tidak memikir memiliki
apalagi menikmati
hanya hati dan budi
menggelung khazanah
memetakan yang hilang
menyeru ke jalan pulang.
Kami tahu
Balai Melayu
tetap berkilau di hatimu
Ya adinda kaulah lebah madu
dikerumi kasih sayang saudara
Sang Pencipta tahu Rahsia
Cinta AgungNya.
Allahuakbar!
Siti Zainon Ismail
Bandar Baru Bangi
Selangor Malaysia
26-27 Jun 2012
Sunday, 13 May 2012
Thursday, 3 May 2012
Janji Al Aqsa - buat Hisham Sweaki
Data perjalanan
bukti kau telah melakukan kerja
dengan gembira direstui Ilahi
tiba di rumahMu yang ke tiga
melangkah ke dalamnya
kau penulis kadang hanya terkait impi
realitinya amat sukar ditebak sebuah janji
sungguhkan kau berhasil merakam
dan mereka menerbitkannya?
Al Aqsa
aku tiba sejak subuh ke senja
kusujudi tapak kekasihMu Ya Ilahi
di bawah tanda pertama Qiblat dan pintu rahasia
buraq diikat
dan aku di bawah bayang teduh zaitun
sekilat cahaya hatiku meruntun
Janji belum juga kugengam nyata
tulisan sudah digubah ikat
bersabarlah hati
ujian Memang tidakkan berhenti!
Sayap Kasih Al Aqsar
berterbanganlah dulu
segemilang tanah kesayangan
perjuangan Umah yang diamanahkan
maafkan hati yang menunggu kau
aku datang lagi. InsyaAllah!!!
5 Mei 2012
Sunday, 29 April 2012
Kukembalikan
KUKEMBALIKAN
Harta ini
Milik sementara
kembalikan
kepada pemilik asalnya
hartamu tanpa bentuk
hanya suara dan perlakuan
Cinta Lazuardi
sedalam lautan
MilikMu
biarkan aku
merangkulnya
tanpa Jemu
Embun Yang Satu
CintaMu
menggegar kalbu
hitung terima
sedari aku
hitung terima
sedari aku
hanya di RumahMu!
*
29 April 2012
Setelah Senja
Memang hari
sudah dirasakan menjejaki senja
makin terasa bukit diri kian terbiar di puncak
awan kerap berpintal
dan hujan meniris ke kalbu
hingga kerap ku lontar pesan
jangan cari aku.
Langit senja
kau lihat tanah kering
kerikil hangus
mentari membakar angin
silih berganti
dan angin menderu
tanpa pilihan
inilah Suruhan
inilah Tugasan
bukit dan gunung bergoyang
berjalan terhoyong
tetap jatuh dan berdri
tidak jua kau insafi
Langit petangmu
jangang kau biar
día berhati walang
kau sebentar lagi
akan Pulang!
***
Senja-Isyar
29 April
(@SZI , Gambar Perjalanan Jeddah-Mekah
Oktober 2011)
Monday, 23 April 2012
Kalau saya disyaki tidak menepati janji
ya benarlah. Tapi kadang waktu terkekang
oleh hal tidak terduga. Maafkan saya
kawan. Acara ditentukan oleh waktu
jam sekian. Waktu itulah kadang terkeliru
di catat dalam diari.
Dalam kenderaan pula ada
penumpang tidak mungkin dibawa serta
ke ruang peremuan. Di tinggalsendiri
dalam kereta pasti kelemasan.
Saya pilih pulang!
Maaf sahabat senimanku
tidak dapat bersama
menghayatai persembahanmu
tanda saksimu
bercahayalah
(buat Zubin)
tanda saksimu
bercahayalah
(buat Zubin)
Kuikat Janji
Biar kuingatiMu selalu
Biar semua sudah jauh berlalu
Kau tetap memberi jaluran hari
dan Iman keberkahan
kuikat janji
dan peti saksi
kau harus
meneraju taqwa
hidup kerikil
terlontar ke sana sini
kau mengimatnya
menjaadi delima sakti
melangkahlah
tanpa bosan
menatap ghairah kehidupan
anugerah Yang Satu
Amin.
25 April 2012
Kampung Bandar
Dalam
Dalam
Thursday, 22 March 2012
Wednesday, 21 March 2012
Friday, 16 March 2012
PUTERI SELINDUNG BULAN
HARI ini kubuka kembali teks Cerita Sulung Jawa (CSJ). Menemukan dua nama yang sama di pangkalnya:
1. Tuan Puteri Selingdung Bulan (PSB) Kayangan Udara
2. Tuan Puteri Selindung Bulan Cahaya Nurani.
Yang pertama puteri di kayangan dan yang ke dua puteri di Negeri Johor Mengkaleh Tanah Jaata.
Rengkasan cerita:
Inilah cerita lisan terkenal di Kedah Perlis kadang disebut juga Hikayat Terung Pipit, berdasar nama timang putera Raja Sulung Jawa yang berkuasa di Kedah Tua.
Kerana perebutan kuasa Raja Sulung Jawa ditawan di bunuh oleh Panglima Selampit yang belot atas arahan adik sendiri Raja Bungsu Jawa yang bertahta di Johor Mengkalih Tanah Jaata.
Peperangan hebat terjadi, kerana tiga beradik ini sengaja menggoda gundik Panglima Selampit.(PS).
PS dapat dialah tetapi atas nasihat PSBKU , PS dijadikan alat untuk memerangkap Raja Jawa Bungsu. Maka RJB dapat dibunuh. Makan PSBCN puteri RJB meminta bantuan Tok Rancang Besi Rangcang Tembaga, tetapi dapat juga dialahkan.
Akhirnya Terung Pipit ditabal sebagai Raja mengganti ayahanda dan berkahwin dengan PSBCN.
Sejak itu berulang aliklah Raja Sulung Jawa 11 antara Kedah Tua ke Johor Mengkaleh Tanah Jaata.
Ini bererti berdasar cerita rakyat ini latar budaya PSBCN ialah di negeri Johor Mengkaleh Tanah Jaata (Johor Lama?). Bagaimanakah kira-kiranya busana Tuan Puteri ini?
Mungkin juga ada versi di Kepulauan Riau Laut atau Riau Darat. Sahabatku MAM di Tanah Jawa tolong tambah data cerita rakyat ini ya...
Saya harus merangka dengan gabungan peristiwa dari dua negeri Utara-Selatan walau tahun dan zaman tidak dapat diterka. Oh cerita rakyat.....
* Jamilah, peny. Cerita Sulung Jawa. KL:DBP, 1987.
17 Mac 2012.1
Wednesday, 14 March 2012
PAGI INI DEMIKIAN REZEKIMU
JANGAN kau minta lebih dari kehendakmu. Bukalah pintu dan jendela benarkan angin menerobos juga kucing di halaman persilakan. Ada sedikit makanan, jamahlah. Ucap mentari, akupun tahu tugasku hanya di siang hari malam berganti canda bulan. Tidak ku minta lebih dari itu. Bulan pun tahu bintang setia mengiringi hingga hilang ditawan awan.
Bersyukurlah hati, kau masih diberi angin, udara yang menghulur kasih Ilahi. Dialah Sumber Cinta Utama. Jangan lebih dari itu wahai hati. Melangkahlah hari ini dengan syukur dan nikmat menghirup aroma ajaibNya. Ya Allah terimakasih CintaMu !
NH 15 Mac 2012.1
PULAU DAN HALAMAN, DIAMLAH
Pulau dan Halaman, Diamlah
KAU ingin diam, bersunyi
jangan juga bertanya kemana aku pergi
jendela tidak ku buka sejak tujuh pagi
tidak kau selak 7 matahari beralih sunyi.
Jangan bertanya wahai si Bistari
bintang juga akan diam
bulan juga
tidak ingin memandang.
Jangan sekali berwalang hati
jangan juga memaksa aku tiba
di hari keberangkatanmu
loceng berdenting
aku ingin serindit di sisi
bahtera
berzikirlah untuk kami.
14 Mac 2012
KAU ingin diam, bersunyi
jangan juga bertanya kemana aku pergi
jendela tidak ku buka sejak tujuh pagi
tidak kau selak 7 matahari beralih sunyi.
Jangan bertanya wahai si Bistari
bintang juga akan diam
bulan juga
tidak ingin memandang.
Jangan sekali berwalang hati
jangan juga memaksa aku tiba
di hari keberangkatanmu
loceng berdenting
aku ingin serindit di sisi
bahtera
berzikirlah untuk kami.
14 Mac 2012
Sunday, 11 March 2012
Kiriman Musim Semi
Kiriman Musim Semi
harum si renik liar
terbang ke sini
ke lembah tropika lembab
hujan taufan tiba-tiba
si renik ku meliuk melingkar
gembira menyambut gerimis
dan mentari akan tiba di musim baru
kau di sana masih mencatat
dentingan piano kadang nyaring
kadang basah meredah Thames resah
puisi silam terungkai
menjadi deasi liar di jalanan .
Kusambut huluran sapa
layarmu yang terkibar
ku tahu kau mengutip
si renik liar di musim semi
seperti biasa
mengeringkan ke halaman buku
kan kusambut
biar terlewat 30 tahun lalu.
Dekatnya jarak terpisah
ditemukan di lapisan awan
jangan bawa lagi rawan
simpul silang telah kutawan
aku tidak berpaling
rindu dendam
terubat dalam mukjizat
yang dikecap Nikmat
Sang Kuasa
membawa berita
kau aku tiba
di Rumah yang sama
semoga Shafiq
sudah membaca Kalimah Cinta!
(buat sahabatku keluarga Saba,London)
12 Mac 2012. 1
harum si renik liar
terbang ke sini
ke lembah tropika lembab
hujan taufan tiba-tiba
si renik ku meliuk melingkar
gembira menyambut gerimis
dan mentari akan tiba di musim baru
kau di sana masih mencatat
dentingan piano kadang nyaring
kadang basah meredah Thames resah
puisi silam terungkai
menjadi deasi liar di jalanan .
Kusambut huluran sapa
layarmu yang terkibar
ku tahu kau mengutip
si renik liar di musim semi
seperti biasa
mengeringkan ke halaman buku
kan kusambut
biar terlewat 30 tahun lalu.
Dekatnya jarak terpisah
ditemukan di lapisan awan
jangan bawa lagi rawan
simpul silang telah kutawan
aku tidak berpaling
rindu dendam
terubat dalam mukjizat
yang dikecap Nikmat
Sang Kuasa
membawa berita
kau aku tiba
di Rumah yang sama
semoga Shafiq
sudah membaca Kalimah Cinta!
(buat sahabatku keluarga Saba,London)
12 Mac 2012. 1
Keluarga Saba: Geoffey, Shafiq
saya dan Delphine, London, Ogos 1986
Assalamualaikum
Sungguh lama saya berjarak di rumah ini. Hidup tergesa di luar hingga
melupakanmu. Insya Allah di hari cerah petang ini, kita kembali bersua
hanya dengan IzinMu...beri hambaMu tegesan hidup, cerahan akal dan jiwa
hanya dariMu Jua ya. Tidak ada yang dapat berlaku dan merobah
hanya olehMu.
Ya Allah.
Damaikan hati kami
setelah ada yang pergi
kami redhai.
Gombak
11 Mac 2012
Sungguh lama saya berjarak di rumah ini. Hidup tergesa di luar hingga
melupakanmu. Insya Allah di hari cerah petang ini, kita kembali bersua
hanya dengan IzinMu...beri hambaMu tegesan hidup, cerahan akal dan jiwa
hanya dariMu Jua ya. Tidak ada yang dapat berlaku dan merobah
hanya olehMu.
Ya Allah.
Damaikan hati kami
setelah ada yang pergi
kami redhai.
Gombak
11 Mac 2012