Dinding pameran di ruang bawahRumah Seni
SEJAK perjanjian 1824 Inggeris -Belanda sudah memasang helah. Riau-Lingga-Penyengat Johor sudah dibelah. Riau-Lingga jatuh ke Belanda. Singapura menjadi hak milik Inggeris . Sebagai negeri Selat, baik Crawford, atau Raffles sama-sama bijak menipu Kesultanaan Melayu. Janji manis, sagu hati wang, tanah beralih kuasa. Sultan Husin membawa lara ke Melaka, mujur waris Bugis Melayu tidak henti berusaha hingga Teluk Belanga menjadi tanah pegangan. Kini tanah waris akhir istana Kampong Gelam sudah di jadi Rumah Budaya Melayu...bukan istana lagi. Gedung Kuning juga menjadi restoran saja.
Tapi pemerintah kini memang bijak memasang jaring antarabangsa. Kota ini sudah dibangun dengan tidak menyisih akar seni budaya melalui ILMU yang bijaksana. Majlis Kesenian tidak mengira suku bangsa. Rumah Parlimen Lama sudah ditata menjadi Rumah Seni, untuk ruang teater, pameran, jualan buku sambil seniman atau siapa saja boleh bertegur sapa....buku-buku ya buku di mana-mana....pamer, baca , jual - beli bawa pulang . Bayangkan siapakah yang akan menata Parlimen kita kelak....sebagai rumah warisan tanpa sebarang kegiatan kasih ilmu warisan di situ???
Kamipun mereguk teh lemon madu, suara rindu ilmu saling berpadu, rindu sedih, mengenang diri jauh di Tanah Melayu....di sini Melayu jadi pinggiran, di sana Melayu jadi SINDIRAN.
Kawan, kudengar resah Allahyarham Mochtar Lubis, " bangun, bangun anak bangsa....ilmu harus dipacu dengan kesedaran menjaga maruah jiwa. Untuk berjuang demi kebenaran jangan takut masuk penjara ". Ku tambah sambil melangkah, " kawan masuklah ke rumah ilmu dengan batinmu yang terus berkerja untuk maruah bangsa kita Melayu dan kasih setia Agama! Allahuakbar.
Di bangunan Parlimen Lama inilah, tergantung janji dan akuan Lee Kuan Yu...".Singapura tidak akan berpisah keluar dari Malaysia. " Piagam janji palsu masih tergantung di sini kawanku....
******
Bukit Takun Taman Kanching
11 Jun 2020
Kamipun mereguk teh lemon madu, suara rindu ilmu saling berpadu, rindu sedih, mengenang diri jauh di Tanah Melayu....di sini Melayu jadi pinggiran, di sana Melayu jadi SINDIRAN.
Kawan, kudengar resah Allahyarham Mochtar Lubis, " bangun, bangun anak bangsa....ilmu harus dipacu dengan kesedaran menjaga maruah jiwa. Untuk berjuang demi kebenaran jangan takut masuk penjara ". Ku tambah sambil melangkah, " kawan masuklah ke rumah ilmu dengan batinmu yang terus berkerja untuk maruah bangsa kita Melayu dan kasih setia Agama! Allahuakbar.
Di bangunan Parlimen Lama inilah, tergantung janji dan akuan Lee Kuan Yu...".Singapura tidak akan berpisah keluar dari Malaysia. " Piagam janji palsu masih tergantung di sini kawanku....
******
Bukit Takun Taman Kanching
11 Jun 2020
Betul betul kejam 'London Treaty' 1824 helah bangsa Eropa membelah-belah negeri Melayu. Semakin jauh rantai silsilah kekeluargaan, semakin pudar lah rasa persaudaraan antara orang Melayu yang ada di Malaysia, Singapura dan Riau. Apatah lagi anak muda jaman sekarang yang tidak tau menau dengan sejarah.
ReplyDeleteSalam kenal dari putri Melayu Riau, Kak Siti :)
wiwin
www.nafuzu.net
Sungghguh Dik Wwin, setiap belayar di celah-celah Pulau Perca, hatiku luluh...bangsa Melayu kita berkecai...anak muda pula dengan bergaya, menolak keturunan asal kita yang punya budaya sepulau sedaratan di hujung tanah hingga ke Lingga...Wiwin di Tanjung Pinang ke...kenal Sita Rohana di kantor Kebudayaan Tanjung Pianng ? Buku cerpen kak ada di tangan beliau, " Nyanyian Orang Pulau" bolehlah berkongsi baca bersama beliau.
ReplyDeleteKak Siti Melayu!!!
Saya asal Pekanbaru, ibukota Riau province. Lebih tepatnya lagi Pekanbaru ibukota dari 'Riau daratan'.
ReplyDeleteMakin sedih juga terasa hati mendapatkan orang melayu di Riau terkotak-kotakkan sedemikian rupa menjadi province Riau Daratan dan province Riau Kepulauan.
Seiring dengan berpisahnya Riau kepulauan (termasuk Tanjung Pinang, Lingga, dan pulau penyengat)dari province Riau daratan, persaingan antara orang yang duduk di masing-masing province ini pun semakin tajam. Agaknya lupa dengan sejarah bahwa mereka satu rumpun.
Ayah saya adalah orang Siak, manakala ibu saya adalah orang Pasir Pengaraian (sebuah daerah dekat dengan asal daerah Tuanku Tambusai, pahlawan perang Paderi, pemimpin Islamic reform).
Saya belum pernah ke Tanjung Pinang. Namun ada hasrat nak melakukan perjalanan napak tilas ke sana terkait dengan research thesis saya tentang Rusydiah Club.
Alhamdulillah, ada 14 tajuk buku karya kak Siti di library kampus saya UIA. Semoga dalam waktu dekat ini ada kesempatan untuk meminjamnya.
Salam kenal kak Siti, semoga kita bisa saling mengenal lebih dalam lagi untuk saling berbagi :)
wah kalau gitu Wiwik di Gombak sekarang....sesekali marilah berkunjung ke kampung saya (rumah ibu di batu 4 1/4 Kg Bandar Dalam kampung yang hampir (akan) dihilangkan dijalan Gombak-Sentul, )atau ke studio kerja di Bangi atau Taman Templer hehee...boleh sambung cerita derita asal usul Melayu kita....kajiannya menarik juga itu ya....saya kerap juga petang-petang nyusur di Jalan Gombak Lama Sg Pusu dulu cantik sungainya, ada Surau Lama yang dibuka oleh pendakwah dari Sumatera tidak tahu masih wujud lagi atau tidak....
ReplyDeleteBerjalan-jalan satu hari kemaren di dunia maya. Subhanallah saya baru tau kalau kak Siti seumuran dengan ibu saya. Kalau begitu sebaiknya saya panggil Bunda Siti saja ya? :) Atau bagaimana sebaiknya?
ReplyDeleteSungai pusu agak kotor sekarang. Seminggu yang lalu saya baru saja jalan kaki di bandar dalam itu. Hmm, semoga suatu saat bisa berkunjung ke rumah bunda :)
Sungguh, umunya di FB, anak-anak memanggilku bunda...di rumah juga menyebut Bonda....ya Wiwin memang sebaya puteriku mungkin...haaa, dont worry u are my big baby haaaahaa....
ReplyDeleteSungguh, umunya di FB, anak-anak memanggilku bunda...di rumah juga menyebut Bonda....ya Wiwin memang sebaya puteriku mungkin...haaa, dont worry u are my big baby haaaahaa....
ReplyDelete