Monday, 16 May 2011

Kertas dan Tinta (Pendahluan Catatan Jarak Waktu)

BIAR ada mesen taip, komputer meja, komputer riba, tapi, tidak sama dengan bau tinta, yang mengalir dari pena. Percikan tinta mengalir dengan waspada hati, kadang lancar, ekspresif, kadang tergantung, memikir kata jiwa. Kurindukan selalu, ya tinta dan helaian kertas maka abjad menari, bersyair berpuisi. Marah yang terhimpun, resah yang nyali, rindu dia, kau selalu ada di situ.


Bagiku , " pena adalah lidah penyair. Suara kata hanya dari liukan lidah politikawan, terhambur lepas dan hilang ke udara. Siapa yang mendengar atau menghimpun suara kejam dan sadis itu." Darah mengalir dari Sungai Patani, jeritan si kecil di tembok kekejaman. Semua catatan jelas tetapi , hilang di berita tengah malam. Tapi kau dengarkan alunan muzik yang ditulis tidak terlihat dengan ketukan pemain tabla, atau gesek rebab menangis tidak henti...itulah kata-kata yang dicatat kembali seorang mahaguru alami. Hingga ke usia emas ini, jumlah ke berapa kau susun, buku kecil ini di dalam peti sukma mu ya sahahatku?

Tinta mengalir dari mata pena, halus dan berbayang di balik kertas tipis, maka kau dengari larik pantun warisan ini,


Orang memburu di Acheh
Dapat pelanduk sebesar kambing
Serta bertemu dengannya kasih
Sebagai tanduk bersumbi gading *

-----
* HATI MESRA
Pantun Melayu sebelum 1914
sutingan Hans Overbeck
(penyelenggara Anwar Ridwan dan E.U. Krats)
DBP , 2004 : 24
-------
Rumah Nilam Serayu
Bukit Kanching, Rawang
17 Mei 2011




No comments:

Post a Comment